google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Sansevieria, Lidah Mertua, Tanaman Hias Daun, Penyerap Polusi yang berdaun indah - PLANTER AND FORESTER

Sansevieria, Lidah Mertua, Tanaman Hias Daun, Penyerap Polusi yang berdaun indah

Sansevieria, Lidah Mertua, Tanaman Hias Daun, Penyerap Polusi yang berdaun indah

Sansevieria, Lidah Mertua

Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.

Salah satunya Lidah mertua Sansevieria trifasciata Lorentii adalah tanaman sukulen berserat yang seluruh bagian tanaman mampu menyimpan air dalam jumlah banyak. Habitat asli Sansevieria adalah daerah tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas. Sansevieria juga tumbuh di pegunungan yang tandus dan gurun pasir yang gersang. Keadaan ini menunjukkan Sansevieria dapat bertahan di lingkungan yang sangat ekstrim kering selama beberapa tahun, seperti di beberapa kepulauan Afrika yang memiliki curah hujan sangat rendah dan bulan hujan sangat pendek. Selain itu, Sansevieria tahan terhadap suhu dan pencahayaan rendah. 

Sansevieria, Lidah Mertua

Sansevieria dikenali dengan melihat karakter daunnya yang tebal, sukulen dan tumbuh tegak. Sansevieria di Indonesia mendapat julukan lidah mertua (Mother in Lauws Tongue). Beberapa kultivar Sansevieria memiliki daun bercorak seperti ular, sehingga orang mudah mengenal dan menamakannya tanaman ularularan (Snake Plant) (Purwanto, 2006). 

Daun Sansevieria mempunyai bentuk, ukuran, warna dan tekstur yang bervariasi antar spesiesnya. Warna daun Sansevieria beragam, yaitu hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, yaitu mengikuti serat daun, tidak beraturan dan zig-zag. Keunikan berbagai sub spesies dan kultivar Sansevieria ini menjadikannya banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. 

Sansevieria, Lidah Mertua

Sansevieria atau lidah mertua termasuk ke dalam famili Dracaenaceae, merupakan marga dari kurang lebih 60 jenis herba rimpang yang berdaun tegak, keras, tersusun dalam bentuk roset serta tidak memiliki tangkai daun (Yuzzami et al. 2010). Menurut Sastrapradja (1977), tanaman Sansevieria menyukai habitat yang terlindung (ternaungi), memiliki toleransi dan
adaptasi yang tinggi, sehingga dapat tumbuh mulai dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Takawira (2001) menjelaskan bahwa anggota dari genus Sansevieria memiliki nilai ekonomis sebagai tanaman hias karena keindahan dari ragam jenis, bentuk, ukuran dan warna daun; sumber serat; dan sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit tertentu. DJH (2008) melaporkan bahwa Sansevieria merupakan tanaman hias yang sedang populer di pasaran. Selain memiliki, ragam morfologi yang cukup eksotik, ternyata Sansevieria juga mampu menyerap polusi seperti karbonmonoksida dan karbondioksida atau bahan beracun seperti benzena, formaldehida, dan trikhloroetilena. Beberapa jenis Sansevieria memiliki aktivitas antioksidan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Pratama
(2010) menunjukkan bahwa S. cylindrica memiliki senyawa flavonoid dan tanin yang mendukung adanya aktivitas antioksidan.

Nama Populer - Pop name    :  Lidah Mertua
Nama Latin - Latin Name        :  Sansevieria sp
Family                           :  Ruscaceae
Origin - Daerah Asal                 :  Amerika dan Afrika
Letak Landscape                         Tanaman groun cover
Tipe Tanaman Hias                     : Tanaman hias daun
Propagasi perbanyakan                 : Stek, Biji 
Media Tanam                     : Tanah Kebun 
Perlakuan khusus                     : Pemangkasan dan Pemupukan 

Rata-rata emisi tahunan karbondioksida (CO2) di dunia meningkat pesat tiga kali lipat pada kurun mulai tahun 2000 hingga sekarang, bila dibandingkan dengan era tahun 1990-an. Berdasarkan penelitian yang dilaporkan dalam "Proceeding of ational Academy of Sciences" ditemukan fakta bahwa rata-rata pertambahan emisi karbondioksida meningkat dari 1,1 persen per tahun pada 1990 menjadi 3,3 persen per tahun pada tahun 2000 (Damayanti, 2007). Pada zaman pra-industri (sebelum tahun 1850) konsentrasi CO2 masih sekitar 290 ppm, sedang pada tahun 1990 konsentrasinya telah meningkat menjadi 353 ppm. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5⁰C telah dicatat. Dengan pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun 2100

konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri, yaitu sekitar 580 ppm. Dalam kondisi demikian berbagai model sirkulasi global memperkirakan peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5⁰C (NAK Protokol Kyoto).

Sansevieria, Lidah Mertua

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan selama kurun waktu lima tahun (2003 - 2008) total sumber emisi karbondioksida (CO2) di Indonesia setara dengan 638,975 giga ton CO2 (Anonim, 2009). CO2 dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Namun aktifitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan ini adalah menggunakan tanaman yang dapat menyerap polutan. Terdapat beberapa tanaman yang dapat memenuhi fungsi tersebut, antara lain Sansevieria, Clorophytum, Aglaonema, Dracaena, Phylodendron, dan Syngonium (Henley et al, 2006). Sansevieria sp. merupakan tanaman yang memiliki tingkat efektivitas tinggi dalam penyerapan emisi CO2. Atas dasar inilah Sansevieria sp. dapat dimanfaatkan sebagai penyerap emisi CO2 yang efektif di lingkungan, khususnya di tepi jalan yang merupakan daerah kontak langsung dengan emisi CO2 yang umumnya berasal dari kendaraan bermotor. Penanaman Sansevieria sp. perlu digalakkan agar penyerapan gas buang kendaraan yang teremisikan dapat segera diserap secara alami.

Sansevieria memiliki keunggulan yang jarang ditemui pada tanaman lain, diantaranya sangat resisten terhadap polutan dan bahkan mampu menyerap polutan tersebut. Hal itu karena Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino (Purwanto, 2006). Badan Antariksa Amerika

Serikat (NASA) menyatakan bahwa tanaman Sansevieria mampu menyerap beragam unsur polutan berbahaya di udara, termasuk karbon monoksida (CO), timbal (Pb), asap nikotin, gas asam sulfida (H2S) dan menyerap senyawa kimia berbahaya seperti kloroform, formaldehid, trikloroetilen, benzena dan xilen (Redaksi PS, 2007). Sulianta dan Yonathan (2009) menyatakan bahwa Sansevieria trifasciata “Lorentii” mampu mendekomposisi  formaldehid, benzena hingga 53% dan trikloroetilen hingga 13% dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, Sansevieria sangat baik diletakkan di dalam ruangan, maupun digunakan sebagai tanaman hias di jalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai antipolutan.

Menurut Sulianta dan Yonathan (2009) beberapa jenis Sansevieria dimanfaatkan untuk diambil seratnya sebagai bahan baku tekstil, terutama di negara Cina dan New Zealand. Sementara di Afrika, Sansevieria dimanfaatkan getahnya sebagai anti racun ular dan serangga

Sansevieria, Lidah Mertua

Ciri ciri dan Identifikasi tanaman 

Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50–75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset dengan panjang 8 cm dan lebar 3–6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sansevieria sebagai tanaman pedang-pedangan.

Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembap atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur.

Warna daun Sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.

Keistimewaan lidah mertua adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Penelitian NASA bekerja sama dengan ALCA telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu mengurangi polusi tersebut.

Ditinjau berdasarkan jenisnya sansevieria ada dua jenis yakni yang pertama yaitu sansevieria keturunan asli/spesies sedangkan yang kedua adalah jenis hasil persilangan/hibridasi yang bisa disebut dengan jenis sansevieria hibrid.

Habitus Tanaman

Tinggi Tanaman  : 10 cm hingga 2 meter

Diameter Tajuk    : 15 cm hingga 1 meter

Tanaman herba sukulen yang  batangnya menggandung air

Morfologi Tanaman Sansevieria

Sansevieria berakar serabut, berwarna putih dan menampilkan perakaran yang banyak pada Sansevieria yang sehat. Akar tumbuh pada rhizome atau rimpang yang merupakan modifikasi dari batang (Triharyanto dan Sutrisno, 2007) Batang Sansevieria berada di bawah permukaan tanah, pendek dan beruas disebut dengan rhizome atau rimpang. Terdapat beberapa macam rimpang pada Sansevieria, yaitu rimpang tebal menyerupai batang atau akar tunjang tanaman

berkayu, rimpang yang tebal berserat, liat dan pendek, rimpang yang merayap di permukaan tanah dan dangkal.

Daun Sansevieria mempunyai bentuk, ukuran, warna dan tekstur yang bervariasi antar varietasnya. Daun Sansevieria tersusun roset. Warna daun Sansevieria beragam, yaitu hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, diantaranya mengikuti arah serat daun, tidak beraturan dan ada juga yang zig-zag. 

Lingga (2005) menyatakan bahwa mahkota bunga jantan dan betina Sansevieria berwarna putih kekuningan. Bunga Sansevieria adalah bunga majemuk bertipe malai, dalam satu malai terdapat puluhan bunga yang berkedudukan simetris mengelilingi tangkai bunga. Purwanto (2006) mengemukakan bahwa bunga Sansevieria termasuk bunga uniseksual, yaitu memiliki bunga betina dan jantan dalam satu pohon

Daun Tanaman Sanseviera

Bentuk daun - Leaf Shape                                : Linear
Susunan daun - Leaf Arrangement :                 : Pinnate
Susunan daun dari batang - Leaf Arr. on Stem : Spiral
Tulang daun - Leaf Venation                             : Sejajar
Pinggir daun - Leaf Margins                              : Rata
Pangkal daun                                                    : Meruncing
Ujung daun   - Leaf Tip                                      : Meruncing
Warna daun - Leaf Colour                                 : Aneka warna sesuai spesies
Tangkai daun atau petiole                                  : 
Ukuran daun - Leaf Size                                    : Berbariasi sesuai spesies
Permukaan daun                                               : Rata dan licin

Sansevieria, Lidah Mertua

Bunga Tanaman

Tipe pembungaan
Letak bunga pada batang pada ketiak daun (flos axilaris)
Warna bunga putih, kuning, hijau muda
Tangkai bunga atau pedicellus

Sansevieria, Lidah Mertua
Buah Tanaman
Sansevieria, Lidah Mertua
Kesesuaian Lahan dan Adaptasi
Ketinggian tempat altitude        : 1 - 2.000 m dpl
Kesesuaian suhu                      : 10 - 34 derajat celcius
Kesesuaian tanah                     : cocok dengan tanah berpasir
Kesesuaian curah hujan           : 1.000 - 2.500 mm per tahun
Kesesuaian cahaya                  : Semi Shade, Full Sun
Pertumbuhan Tanaman            : cepat
Kebutuhan Air                           : moderat
Kebutuhan Perawatan              : minim

Faktor Tumbuh Sansevieria pada prinsipnya dapat hidup pada kondisi marginal, meskipun pada tempat yang mengandung polusi udara maupun tempat yang miskin cahaya dan air. Tanaman Sansevieria membutuhkan air minimal sebanyak 26 ml/tanaman/minggu. Suhu optimal untuk pertumbuhan Sansevieria yaitu pada malam hari 15 – 21 derajat  Celcius dan pada siang hari 21 – 27 derajat  Celcius  (Saraswati, 2006). Namun menurut Triharyanto dan Sutrisno (2007), suhu optimal untuk pertumbuhan Sansevieria pada malam hari 18 - 21 derajat Celcius dan siang hari 24 - 29 derajat Celcius. Perbedaan suhu antara siang dan malam hari yang mencolok justru memberi dampak pertumbuhan yang baik.

Tanaman Sansevieria akan tumbuh ideal dengan pencahayaan penuh atau pada ruang terbuka. Namun, Sansevieria tetap dapat tumbuh pada pencahayaan kurang atau pada ruang ternaungi. Ruang penanaman dengan intensitas cahaya rendah dapat menyebabkan warna daun Sansevieria terlihat pudar. 

Sansevieria, Lidah Mertua

Perbanyakan
Perbanyakan tanaman dengan biji, Stek, Menurut Purwanto (2006) Sansevieria dapat dibiakkan secara generatif maupun vegetatif. Pembiakan Sansevieria secara generatif menggunakan biji hasil fertilisasi. Fertilisasi terjadi bila serbuk sari jatuh di atas kepala putik Sansevieria, maka akan terbentuk biji. Biji Sansevieria akan masak setelah berumur 2 – 5 bulan, tergantung varietasnya. Biji Sansevieria mengandung dua embrio, sehingga terdapat kemungkinan dihasilkan dua jenis tanaman baru yang berbeda.

Setiap jenis Sansevieria mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda dalam membentuk biji. Ukuran biji Sansevieria bervariasi, yaitu antara 300 biji/g sampai dengan 25 biji/g. Triharyanto dan Sutrisno (2007) menyatakan bahwa setiap jenis Sansevieria memerlukan waktu yang berbeda – beda untuk kemasakan bijinya. Sansevieria berdaun tebal memerlukan waktu hingga empat bulan sejak penyerbukan, sedangkan Sansevieria berdaun tipis memerlukan waktu kurang lebih dua bulan. Oleh karena lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan perkembangbiakan secara generatif ini, maka masyarakat menggunakan metode perkembangbiakan lain yang relatif lebih cepat, yaitu dengan perkembangbiakan vegetatif. 

Metode pembiakan secara vegetatif yang mudah dan paling sesuai untuk Sansevieria adalah dengan stek daun. Syarat tanaman induk untuk pembiakan Sansevieria secara stek daun adalah tanaman yang sudah cukup dewasa, minimal berumur 12 bulan, sehat dan tumbuh subur. Jenis Sansevieria berdaun panjang, yaitu berukuran 40 – 50 cm, dapat dipotong menjadi beberapa bahan stek. Stek daun Sansevieria berukuran pendek, yaitu 5 – 10 cm, hanya dapat dijadikan satu bahan stek. Stek daun yang terlalu panjang merupakan pemborosan dan dapat menyebabkan stek peka terhadap penyakit (Lingga, 2005). Bahkan daun Sansevieria tipe birdnest atau tipe sarang burung juga bisa digunakan sebagai bahan stek (Purwanto, 2006).

Faktor penting dalam perbanyakan melalui stek daun adalah pembentukan akar dan tunas. Pembentukan akar terjadi karena adanya translokasi auksin dan karbohidrat ke bagian dasar stek untuk menstimulir pembentukan kalus yang kemudian akan membentuk akar adventif (Rochiman dan Harjadi, 1973). Pada pembiakan vegetatif, terutama stek, pembentukan akar merupakan hal terpenting.

Akar yang terbentuk pada stek mampu menyerap hara dan air dari media sehingga tidak hanya tergantung pada cadangan makanan dan air yang ada dalam stek. Stek yang telah membentuk akar akan segera membentuk tunas.

Umumnya perbanyakan tanaman dengan metode stek dapat menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya, akan tetapi hasil anakan Sansevieria trifasciata melalui stek tidak demikian. Keturunan yang diperoleh dari stek daun Sansevieria trifasciata menghasilkan keturunan yang berbeda dengan induknya.

Sansevieria trifasciata mengalami perubahan sifat yang disebut mutasi. Purwanto (2006) menyatakan bahwa mutasi yang terjadi pada bagian tertentu dari sel dan berlangsung dalam waktu singkat disebut kimera.

Kimera menyebabkan banyak sekali variasi pada warna, guratan, dan bentuk daun Sansevieria. Menurut Purwanto (2006) contoh Sansevieria yang mengalami mutasi yaitu Sansevieria trifasciata ‘Futura’ yang memiliki warna kuning di pinggir daun lebih tegas berubah menjadi Sansevieria trifasciata ‘Robusta’ warna kuning di pinggir daun hilang dan seluruh daun berwana hijau. Sansevieria trifasciata ‘Golden Hahnii’ pinggir daun berwarna kuning dengan kombinasi abu – abu di bagian tengah, pinggir daun berubah menjadi warna hijau tua yang diberi  nama Sansevieria trifasciata ‘Hahnii’. Hasil penelitian Lestari (2007)
membuktikan bahwa stek Sansevieria trifasciata ‘Lilian True’ yang sebelumnya memiliki pinggir daun berwarna kuning berubah menjadi hijau seluruhnya. 

Media terbaik untuk memicu inisiasi tunas muda Sansevieria adalah media campuran tanah dan pupuk kandang kambing. Panjang stek Sansevieria terbaik untuk perakaran adalah 10 dan 15 cm, sedangkan panjang stek terbaik untuk inisiasi tunas muda Sansevieria adalah panjang stek 15 cm. Stek Sansevieria dengan panjang 15 cm yang ditanam pada media tanah dan pupuk kandang kambing merupakan perlakuan terbaik untuk inisiasi tunas muda Sansevieria. 

Sansevieria, Lidah Mertua
Klasifikasi Tanaman

Clade         : Monokotil
Order         : Asparagales
Family        : Ruscaceae
Genus        : Sansevieria Thunb.
Species      : 
Sansevieria cylindrica
Sansevieria ehrenbergii
Sansevieria hyacinthoides
Sansevieria trifasciata

Manfaat Tanaman
Manfaat tanaman Sanseviera dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua karena bentuknya yang tajam. Sanseviera tak hanya sebagai tanaman hias, tapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseviera digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan.

Dibanding tumbuhan lain, Sanseviera memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbondioksida, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene.

Lokasi Pemotretan

Lokasi pemotretan di Blitar, Jawa Timur

Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/5.6
Exposure time : 1/125 sec.
ISO Speed : ISO 400 
Focal lengh : 300 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro Nikon AF-S 105mm F/2.8G IF-ED VR Micro-NIKKOR

Kamus Identifikasi tumbuhan dan tanaman serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Tumbuhan dan Tanaman 

Planter and Forester

0 Response to "Sansevieria, Lidah Mertua, Tanaman Hias Daun, Penyerap Polusi yang berdaun indah"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel