google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Rusa Sambar, Rusa unicolor (Kerr, 1792), Rusa yang besar dan kuat dengan Tanduk yang Indah - PLANTER AND FORESTER

Rusa Sambar, Rusa unicolor (Kerr, 1792), Rusa yang besar dan kuat dengan Tanduk yang Indah

Rusa Sambar, Rusa unicolor (Kerr, 1792), Rusa yang besar dan kuat dengan Tanduk yang Indah

Rusa Sambar, Rusa unicolor

Rusa sambar, Rusa unicolor adalah rusa besar asli anak benua India, Cina Selatan, dan Asia Tenggara yang terdaftar sebagai spesies rentan di Daftar Merah IUCN sejak 2008.

Populasi telah menurun secara substansial karena perburuan parah, pemberontakan lokal, dan eksploitasi industri habitat.

Nama sambar juga kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada rusa Filipina, yang disebut sambar Filipina dan rusa Jawa, yang disebut sambar Sunda.

Rusa Sambar, Rusa unicolor
Nama Populer - Pop name    :  Rusa Sambar, Sambar Deer
Nama Latin - Latin Name        :  Rusa unicolor (Kerr, 1792)
Family                           :  Cervidae
Origin - Daerah Asal                 :  Asia Tengah, Selatan dan Australia
Ciri khas                                     :  Berbadan besar dan bertanduk kuat
Keunikan                                     :  Sambar dari istilah Bahasa Philipina
Rusa Sambar, Rusa unicolor

Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa yang terbesar ukurannya di daerah tropika. Penyebaran rusa sambar di Indonesia hanya terbatas di daerah Sumatera dan Kalimantan (Yasuma 1994). Meskipun belum terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) (Soehartono & Mardiastuti 2003), di Indonesia, rusa sambar telah terdaftar dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 305/ Kpts-11/1991, tanggal 19 Juni 1991 dan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa sebagai jenis satwa yang dilindungi. Selain itu dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature), rusa sambar dikategorikan dalam jenis yang terancam (vurnerable) akibat populasinya yang terus menurun (IUCN 2010).

Baca juga :

Rusa Jawa, Javan Deer, Rusa Timorensis, Rusa berukuran besar yang mulai di pelihara di Penangkaran.

Rusa Bawean, Axis kuhlii atau Hyelapus kuhlii, Rusa Endemik Pulau Bawean

Muntjak, Indian Muntjac, Muntiacus muntjak, Kijang Mungil Asli Indonesia.

Keberadaan rusa sambar yang semakin terancam terjadi akibat adanya kerusakan habitat. Penurunan populasi rusa sambar dapat dihindari dengan melakukan pembinaan habitatnya. Komponen habitat rusa sambar yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pakan. Hal ini dikarenakan pakan merupakan faktor pembatas dan sumber energi utama bagi rusa. Selain itu, vegetasi pakan ditinjau dari potensinya memiliki korelasi positif dengan jumlah populasi dan daya dukung habitatnya. Secara umum, keadaan tumbuhan pakan di suatu habitat tidak selalu tersedia dengan cukup, sempurna dan merata. Kondisi yang demikian misalnya terjadi akibat adanya gangguan baik dari rusa itu sendiri, kondisi lingkungan (iklim dan tanah), pengaruh manusia atau persaingan antar jenis tumbuhan. Oleh karena itu, diperlukan campur tangan manusia untuk mengelola habitat agar tercapai kondisi optimum dalam mendukung kehidupan rusa sambar.

Rusa Sambar, Rusa unicolor

Ciri ciri dan Identifikasi Satwa 

Habitat Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor

Habitat Rusa Sambar, Kehidupan satwaliar memerlukan tempat-tempat yang dapat memenuhi segala kebutuhannya, sebagai contoh adalah tempat makan, minum, berlindung dan berkembang biak. Tempat-tempat yang berfungsi semacam ini jika membentuk satu kesatuan disebut habitat (Alikodra 1990). Rusa sambar dapat hidup pada kisaran habitat yang luas. Rusa sambar di Thailand umumnya dijumpai pada hutan dengan tegakan rapat dan kadang-kadang di tepi hutan yang berbatasan dengan perkebunan penduduk (Leng-Ee 1978). Hal ini menurut Semiadi (2006) dikarenakan hutan dengan tegakan yang rapat akan melindungi rusa dari terik matahari dan gangguan insekta terutama pada pejantan yang sedang mengelupas kulit velvetnya. Selanjutnya Semiadi (2006) menyatakan bahwa tegakan yang rapat juga dapat dimanfaatkan oleh rusa sebagai tempat persembunyian dan melepaskan diri dari pemangsa.

Rusa Sambar, Rusa unicolor

Daerah yang disenangi rusa dapat berupa padang alang-alang, hutan muda, dan daerah yang banyak menerima sinar matahari dari ketinggian 0 mdpl hingga daerah pegunungan yang mencapai ketinggian 600 mdpl (Siregar et al. 1983).

Seidensticker (1976) yang diacu dalam Subagyo (2000) melaporkan bahwa rusa sambar lebih sering dijumpai di hutan berair yang bagian bawahnya berupa semak-semak. Sedangkan Garsetiasih dan Takandjandji (2007) melaporkan bahwa rusa sambar dapat dijumpai di hutan payau.

Rusa Sambar, Rusa unicolor
Penyebaran Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor

Penyebaran Rusa sambar tersebar di sebagian besar Asia Selatan hingga ke utara hingga lereng selatan Himalaya di Nepal dan India, di daratan Asia Tenggara termasuk Burma, Thailand, Indochina, Semenanjung Malaya, Cina Selatan termasuk Pulau Hainan, Taiwan, dan pulau Sumatera dan Kalimantan di Indonesia. Di kaki bukit Himalaya, Myanmar, Sri Lanka, dan Taiwan timur, ketinggiannya mencapai 3.500 m (11.500 kaki). Ia mendiami hutan kering tropis, hutan musiman tropis, hutan campuran subtropis dengan tegakan tumbuhan runjung dan padang rumput pegunungan, pohon cemara berdaun lebar dan berdaun lebar, hingga hutan hujan tropis, dan jarang berpindah jauh dari sumber air.

Baca juga :

Beruang madu, Sun Bear, Helarctos malayanus, Mamalia Asli Indonesia

Badak putih atau badak berbibir persegi, The white rhinoceros or square lipped rhinoceros, Ceratotherium simum

Binturung, Bearcat, Arctictis binturong Raffles, Binatang Bermuka Beruang dan Berbadan Kucing Asli Indonesua yang langka 

Rusa sambar lebih menyukai tutupan semak dan rerumputan yang lebat, meskipun sifat sebenarnya dari hal ini sangat bervariasi dengan lingkungan, karena kisaran Asia yang luas. Ukuran wilayah jelajah mungkin sama-sama bervariasi, tetapi tercatat 1.500 ha untuk Tusa Sambar jantan dan 300 ha untuk Rusa Sambarbetina di India

Rusa Sambar, Rusa unicolor

Morfologi Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor

Morfologi Rusa sambar termasuk rusa berukuran tubuh paling besar di antara rusa-rusa yang hidup di Indonesia (Semiadi 2006). Berat tubuhnya mencapai 185−260 kg dengan panjang tubuh 140−160 cm (Lekagul & McNeely 1988), bahkan Veever Carter (1978) melaporkan berat rusa sambar dapat mencapai 300 kg. Semiadi (2006) menyatakan bahwa pada pejantan, panjang tubuh rusa sambar dapat mencapai 160 cm dengan berat badan 136−320 kg. Sedangkan pada betina dewasa di peternakan Australia, berat badan rusa sambar dapat mencapai 228 kg (Anderson 1984 diacu dalam Semiadi 1998)

Kulit dan rambut pada rusa sambar umumnya kasar dan tidak terlalu rapat. Warna rambut cokelat dengan variasi agak kehitaman atau cokelat gelap pada jantan atau yang telah tua. Perubahan warna menjadi gelap tersebut khususnya pada jantan dominan menandakan masuknya pejantan ke musim kawin terutama pada musim pakan melimpah (Semiadi 2006). Sedangkan pada musim panas warna yang lebih gelap pada seluruh rusa sambar terjadi karena rambutnya akan rontok, sehingga rusa sambar akan terlihat lebih gelap (Lekagul & McNeely 1988).

Ciri lain pada rusa sambar adalah telinganya yang besar, ekor panjang dan lebat seperti ekor kuda. Rambut ekor bagian bawah berwarna putih sehingga sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya (Veever-Carter 1978). Lekagul dan McNeely (1988) menyatakan bahwa fungsi dari rambut ekor yang kontras tersebut dapat digunakan sebagai tanda bahaya bagi rusa yang lain jika diangkat. Ranggah bagi pejantan relatif kecil tetapi padat dan kuat. Susanto (1980) yang diacu dalam Semiadi (2006) mengemukakan bahwa panjang total ranggah berkisar 300−750 mm sedangkan lebar antar ujung tanduknya 250−500 mm. Secara sosiologis Bartos (1990) menyatakan bahwa ranggah merupakan status sosial pada pejantan saat musim kawin. Pada musim kawin ukuran dan bentuk ranggah berperan penting untuk kepentingan dominansi kelompok dibandingkan ukuran badan pejantan itu sendiri. 

Bentuk ranggah dapat digunakan untuk memperkirakan umur rusa sambar (hanya pada tingkat umur kurang dari 4 tahun). Rusa sambar jantan yang berusia 1−2 tahun memiliki ranggah dengan satu cabang, tiga tahun dengan dua cabang dan empat tahun dengan tiga cabang atau kadang-kadang dengan empat cabang (Yasuma 1994). Sedangkan pada rusa sambar betina perkiraan umur didasarkan atas tinggi pada bagian bahu. Betina dewasa tingginya kurang lebih 120 cm; rusa sambar yang tingginya kurang dari 90 cm dikelompokkan sebagai anak dan rusa dengan tinggi antara 90 cm sampai kurang dari 120 cm dikelompokkan sebagai juvenil (Eisenberg & Lockhart 1972).
Rusa Sambar, Rusa unicolor
Perilaku Pakan Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor
Pakan Pakan, bagian yang dimakan dan penyebaran pakan
Makanan rusa di Indonesia terdiri dari rumput-rumputan serta daun-daun muda, liana muda, ranting-ranting semak (Syarief 1974). Selain itu Lekagul dan McNeely (1988) melaporkan bahwa rusa juga memakan buah-buahan yang telah gugur dan rumput yang berair. Hasil penelitian Ngampongsai (1978) di Thailand bahwa sebanyak 25 jenis dari 72 jenis tumbuhan yang ditemukan merupakan  pakan rusa. Berdasarkan tingkat kesukaannya, tujuh jenis yang lebih disukai rusa sambar berturut-turut adalah Paspalum conjugatum, Wrightia  tementosa, Alpinia sp., Neyraudia reynaudiana, Veromia elliptica, Imperata cylindrica dan Cratoxylum formosum. Akan tetapi hanya lima jenis yang secara kuantitatif berperan penting dalam pakan rusa, yaitu: Imperata cylindrica, Neyraudia reynaudiana, Ischaemum muticum, Carex crutiaca dan Veronica elliptica.

Jenis-jenis pakan rusa sambar di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Sutrisno (1986) menunjukkan bahwa berdasarkan familinya jenis hijauan rusa sambar termasuk dalam 6 famili yaitu Graminaceae, Cyperaceae, Fabaceae, Ericaceae dan Commelinaceae. Sedangkan di Pulau Peucang selain famili Graminaceae, sumber makanan rusa kebanyakan terdiri dari famili Euphorbiaceae, Umbelliferaceae dan Urticeae (Susanto 1977 diacu dalam Semiadi 2006). Seperti halnya penelitian Ngampongsai (1987), Sutrisno (1986) juga menyatakan bahwa jenis Imperata cylindrica merupakan pakan utama rusa sambar di padang penggembalaan Cigumentong.

Pengamatan Ngampongsai (1987) pada rusa sambar yang ditangkarkan menunjukkan bahwa rusa sambar dapat dikategorikan sebagai pemakan segalanya. Namun Bentley (1978)  mengklasifikasikannya sebagai pemakan rerumputan. Sedangkan Burke (1982) cenderung mengklasifikasikannya sebagai pemakan dedaunan. Selanjutnya Stafford (1997) menyatakan bahwa rusa sambar di Selandia Baru sangat menyukai rumput yang bertekstur kasar. Hal ini dikuatkan oleh Kelton dan Skipworth (1987) dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa tumbuhan jenis rumput merupakan pakan yang dominan meskipun diketahui rusa sambar memakan berbagai jenis hijauan.

Berdasarkan habitusnya, tumbuhan pakan rusa sambar dapat dibagi menjadi 6 kelompok (Soerianegara & Indrawan 1988), yakni: pohon, semak, terna, liana, perdu dan herba. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama dan mengalami penebalan kambium. Semak adalah tumbuhan berkayu dengan tinggi 5−6 m yang memiliki cabang banyak dan salah satunya merupakan percabangan utama. Perbedaan habitus ini dengan perdu adalah habitus perdu tidak memiliki percabangan utama. Liana didefinisikan sebagai tumbuhan yang membutuhkan inang agar dapat bersaing dalam mendapatkan cahaya tetapi akarnya harus berada di tanah karena tumbuhan ini juga memerlukan unsur hara dari tanah. Habitus ini berbeda dengan epifit yang tidak membutuhkan unsur hara dari tanah. Terna adalah tumbuhan yang memiliki batang lunak dikarenakan tidak berkayu. Sedangkan terna yang memiliki khasiat sebagai tumbuhan obat dikategorikan sebagai herba.

Pola sebaran erat hubungannya dengan lingkungan. Organisme di suatu tempat bersifat saling bergantung, tidak terikat oleh kesempatan semata, dan jika terjadi gangguan pada suatu organisme atau sebagaian faktor lingkungan berpengaruh terhadap keseluruhan komunitas (Sabarno 2002). Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas akan mempunyai pola penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan jenis lainnya tetapi tidak mungkin seluruhnya sama. Ludwig dan Reynold (1988) membagi tipe  penyebaran jenis tumbuhan menjadi 3, yakni acak, mengelompok dan seragam


Perilaku Makan Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor
Perilaku satwa adalah ekspresi suatu satwa yang disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini setiap perilaku ditentukan oleh banyak  faktor, baik faktor genetik maupun lingkungan (Suratmo 1979 diacu dalam Subagyo 2000). Makanan harus selalu tersedia bagi satwaliar karena jika tidak satwa tersebut akan berpindah untuk mencari daerah yang banyak makanannya (Alikodra 1990).

Rusa sambar lebih bersifat browser (pemakan tunas-tunas daun muda) dari pada grazer (pemakan rumput) (Lekagul & McNeely 1988). Akan tetapi Ngampongsai (1978) melaporkan kondisi sebaliknya, rusa sambar di Thailand lebih bersifat grazer dari pada browser. Browsing biasanya dilakukan pada pagi hari di dalam hutan. Pada tengah hari beristirahat di dalam hutan dan muncul untuk browsing dan kemudian ke daerah padang rumput atau semak belukar untuk memakan rumput (grazing) pada malam hari (Eisenberg & Lockhart 1972). Oleh
karena itu jenis ini digolongkan dalam hewan krepuskular dan  nokturnal (Yasuma 1994).
Semiadi et al. (1993) melaporkan bahwa perkembangan anak rusa sambar dalam mencari pakan dimulai pada umur 3 hari. Perilaku menggigit-gigit dedaunan kering dimulai pada umur 10 hari. Pada umur 19 hari aktivitas memakan rumput mulai tampak dan memakan dedaunan secara sederhana (nibling) pada umur 21 hari. Selanjutnya pada umur 36 hari perilaku ruminasi baru nyata terlihat.

Semiadi et al. (1993) juga menyatakan rusa sambar di penangkaran memiliki kecepatan makan 65 pagutan per menit. Sebagai bahan perbandingan rusa timor (C. timorensis) di Taman Safari Indonesia menghabiskan waktu antara 10 hingga 40 menit untuk sekali periode makan. Pada rusa timor yang memulai makan adalah rusa jantan tua baru diikuti rusa-rusa lainnya. Anak rusa yang masih menyusu selalu berada dekat induknya. Bila pakan datang maka rusa betina tua akan berteriak sebagai tanda pemberitahuan dan rusa jantan tua memulai makan diikuti rusa-rusa lain. Anak rusa dan rusa muda biasanya memakan sisa jatuhan hijauan induknya. Rusa jantan tua lebih suka membongkar dan mengeluarkan hijauan dari dalam tempat pakan, sehingga rusa-rusa lain tinggal memakannya. Jika rusa jantan telah merasa cukup kenyang maka akan berjalan-jalan kemudian kembali ke tempat pakan untuk mengulangi hal serupa (Wirdateti et al. 1997).

Menurut Sutrisno (1986) bila hendak makan atau merumput rusa sambar muncul dari dalam hutan yang berada di sekitar padang penggembalaan untuk mencari hijauan yang disukai. Jika jenis hijauan yang disukai telah berhasil ditemukan, hijauan tersebut direnggut dengan mulutnya dan dikunyah. Pada saat makan, posisi kepala kadang-kadang merunduk dan kadang-kadang tegak, sambil menengok ke kiri dan ke kanan, disertai dengan telinga yang berputar. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol kemungkinan adanya gangguan atau bahaya yang mengancam.
Rusa Sambar, Rusa unicolor
Perilaku Berkelompok dan Wilayah Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor
Rusa sambar umumnya tidak memiliki teritori yang khusus, meskipun pada saat musim kawin rusa jantan membentuk teritori khusus yang ditandai dengan urine yang mengandung feromon (Lekagul & McNeely 1988). Rusa sambar jantan umumnya hidup soliter dan betina lebih sering berkelompok dalam jumlah yang kecil dengan anggota kelompok antara 2−3 individu (Lekagul & McNeely 1978). 

Menurut penelitian Karant dan Sunquist (1992), rusa sambar di India merupakan hewan yang soliter. Tetapi di dalam penangkaran, selama proses penjinakan rusa sambar membentuk kelompok antara satu sampai tiga kelompok dan setiap kelompok memiliki jumlah yang bervariasi hingga 18 individu (Semiadi 1996).

Sutrisno (1986) melaporkan terdapat beberapa tipe sosial di dalam kehidupan rusa sambar di Jawa Barat. Setidaknya terdapat 4 tipe kehidupan sosial yakni: (1) satu individu rusa jantan yang hidup menyendiri, (2) kelompok rusa yang terdiri dari satu individu rusa betina dewasa dengan satu individu rusa betina remaja, (3) kelompok rusa yang terdiri dari satu individu rusa betina dewasa dengan dua ekor rusa betina remaja dan (4) kelompok rusa yang terdiri dari satu individu rusa jantan dewasa, satu individu rusa betina dan dewasa dan tiga ekor rusa betina remaja.

Kelompok besar rusa sambar sangat mudah bertukar anggota dan kelompok besar ini hanya bersifat sementara. Rusa sambar berkumpul pada daerah-daerah yang telah dikenalnya, biasanya di padang rumput yang memiliki kubangan air. Kubangan atau rawa-rawa merupakan tempat berkumpul pada akhir senja untuk membentuk kelompok temporal sebelum menyebar mencari makan. Kelompok sosial terbentuk pada daerah yang dikenal dengan home range yang tumpang tindih. Setelah berkelompok rusa jantan kembali soliter. Ada beberapa kasus jantan dewasa juga disertai oleh rusa yang berusia dua tahun atau jantan juvenil. Sedangkan untuk rusa betina dewasa dalam mencari makan akan disertai oleh rusa sambar juvenil atau anak rusa sambar yang berusia satu tahun (Lekagul & McNeely 1988).
Aktivitas rusa sambar untuk merumput dilakukan pada dini hari hingga menjelang pagi dan sore hari. Pada dini hari sekitar 03.45−05.00 WIB sedangkan sore hari 17.30−18.30 WIB (Sutrisno 1986). Sedangkan penelitian Subagyo (2000) di Taman Nasional Way Kambas, rusa sambar aktif berada di padang rumput mulai 05.00 WIB hingga 10.00 WIB dan sore hari mulai 16.00 WIB hingga malam hari. Diantara dua periode tersebut rusa sambar banyak terlihat dalam keadaan berbaring pada jam 15.00 WIB. Rutinitas harian pada sebagian hewan herbivora menurut Arnold (1981) ditentukan oleh tipe diurnal dari grazing, waktu untuk memamah biak, periode istirahat dan minum yang disesuaikan dengan interval ketika hewan tidak merumput. Sebagian besar periode merumput dimulai pada pagi hari sampai tengah hari, kemudian berakhir pada saat matahari mulai terbenam.

Kegiatan sehari-hari di dalam penangkaran, khususnya yang berhubungan dengan perjalanan menuju lokasi merumput, rusa sambar memiliki satu jalan utama (primer) yang digunakan oleh semua anggota kelompok. Di beberapa bagian dari alur primer akan terdapat beberapa percabangan (sekunder) yang hanya digunakan oleh beberapa anggota kelompok tertentu. Terbentuknya alur jalan primer ini menunjukkan bahwa rusa sambar mempunyai rute  perjalanan yang tetap (Semiadi 1996).
Rusa Sambar, Rusa unicolor

Perilaku Reproduksi Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor
Reproduksi  Meskipun mereka kawin dan bereproduksi sepanjang tahun, masa melahirkan sambar terjadi secara musiman. Oestrus berlangsung sekitar 18 hari. Rusa Sambar Jantan membangun wilayah di mana dia menarik Rusa Sambar Betina terdekat, tetapi dia tidak membangun sarang untuk mengumpulkan kelompok betina. Rusa Sambar Jantan menginjak tanah, menciptakan tambalan atau jejak dan sering berkubang di lumpur, mungkin untuk menonjolkan warna rambutnya, yang biasanya lebih gelap dari pada Rusa Sambar Betina. Meskipun mereka terdengar membuat lenguhan yang keras dan kasar, rusa jantan biasanya tidak bersuara. Rusa jantan yang besar dan dominan mempertahankan wilayah noneksklusif yang dikelilingi oleh beberapa pejantan yang lebih kecil, yang dengannya mereka telah terikat dan membentuk aliansi melalui tanding. 

Rusa Sambar, Rusa unicolor
Saat sparring dengan saingan jantan, sambar mengunci tanduk dan mendorong, seperti rusa lainnya, namun uniknya, mereka juga terkadang berdiri dengan kaki belakang dan bentrok ke bawah dengan cara yang mirip dengan spesies kijang kambing. Betina juga bertarung dengan kaki belakang mereka dan menggunakan kaki depan mereka untuk saling memukul di kepala.

Rusa sambar dengan rusa muda, masa pacaran lebih didasarkan pada menjaga ikatan Rusa Sambar Jantan yang secara vokal mengiklankan diri mereka sendiri. Betina berpindah secara luas di antara wilayah berkembang biak mencari jantan ke tempat pertarungan. Saat memasang, jantan tidak menjepit betina. Kaki depan jantan menggantung dengan longgar dan intromisi berbentuk "lompatan kopulasi".

Rusa Sambar, Rusa unicolor
Masa Kehamilan Rusa Sambar Betina mungkin berlangsung sekitar 8 bulan, meskipun beberapa penelitian menunjukkan mungkin sedikit lebih lama. Biasanya, hanya satu anak sapi yang lahir pada satu waktu, meskipun bayi kembar telah dilaporkan hingga 2% dari kelahiran. Awalnya dengan berat 5 hingga 8 kg, anak Rusa Sambar biasanya tidak terlihat, meskipun beberapa subspesies memiliki bintik-bintik terang yang menghilang tidak lama setelah lahir. Anak-anak mulai makan makanan padat pada 5 sampai 14 hari, dan mulai memamah biak setelah satu bulan. 
Rusa sambar telah hidup hingga 28 tahun di penangkaran, meskipun mereka jarang bertahan lebih dari 12 tahun di alam liar. 

Klasifikasi Satwa  Rusa Sambar, Rusa unicolor
Kingdom    Animalia
Phylum      Chordata
Class         : Mammalia
Order         : Artiodactyla
Family        : Cervidae
Subfamily   Cervinae
Genus        : Rusa
Species      : Rusa unicolor
Binomial name
Rusa unicolor (Kerr, 1792)

Sinonim
Cervus unicolor

Rusa sambar (C. unicolor) atau sering disebut rusa air tergolong dalam famili Cervidae (Siregar et al. 1983). Penyebarannya meliputi Srilangka, India, Nepal, Cina, Indocina, Malaysia, Filipina dan Indonesia . Ada beberapa perbedaan morfologi di setiap daerah penyebaran tersebut, sehingga rusa sambar dibagi menjadi 16 sub-spesies. Sub-spesies rusa sambar di Kalimantan adalah C. unicolor brokei yang merupakan rusa sambar paling kecil ke dua setelah C. unicolor nigricans yang berasal dari Filipina (Redaksi Ensiklopedi Indonesia 1988). Menurut Lekagul dan McNeely (1988), rusa sambar dikelompokkan ke dalam filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, sub ordo Ruminantia, famili Cervidae, genus Cervus dan spesies Cervus unicolor Kerr, 1792. Sedangkan sinonimnya adalah Cervus uqienus Cuvier, 1823; Cervus cambojensis Gray, 1861 dan Rusa dejani Pousargus, 1896.
Rusa Sambar, Rusa unicolor

Status Konservasi Rusa Sambar, Rusa unicolor
Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa yang terbesar ukurannya di daerah tropika. Penyebaran rusa sambar di Indonesia hanya terbatas di daerah Sumatera dan Kalimantan (Yasuma 1994). Meskipun belum terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) (Soehartono & Mardiastuti 2003), di Indonesia, rusa sambar telah terdaftar dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 305/ Kpts-11/1991, tanggal 19 Juni 1991 dan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa sebagai jenis satwa yang dilindungi. Selain itu dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature), rusa sambar dikategorikan dalam jenis yang terancam (vurnerable) akibat populasinya yang terus menurun (IUCN 2010).

Lokasi Pemotretan Satwa Rusa Sambar, Rusa unicolor

Lokasi pemotretan di Taman Safari Bogor, Bogor, Jawa Barat

Detail :
Camera maker : Nikon Corporation
Camera model : Nikon D5200
F Stop : f/5.6
Exposure time : 1/125 sec.
ISO Speed : ISO 400 
Focal lengh : 300 mm
Lens : Sigma 70-300mm f/4-5.6 DG Macro 

Kamus Identifikasi Flora dan Fauna serta Sumber Informasi untuk Pengenalan Flora dan Fauna 

Planter and Forester

Rusa Sambar, Rusa unicolor




























0 Response to "Rusa Sambar, Rusa unicolor (Kerr, 1792), Rusa yang besar dan kuat dengan Tanduk yang Indah"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel