Persiapan Lahan Penanaman Kakao, Theobroma cacao - Agroforestry
Persiapan Lahan Penanaman Kakao Theobroma cacao - Agroforestry
Tahapan untuk Persiapan Areal Penanaman Kakao - Theobroma cacao meliputi beberapa tahapan :
A. Pemetaan Area Lahan Tanaman Agroforestry
B. Pelaksanaan Land Clearing Rencana Areal Tanaman Kakao
C. Pemancangan dan pembuatan teras untuk Areal dengan Kemiringan > 15º
D. Persiapan Lahan Tanaman Kakao secara Kimia
E. Pembuatan Jaringan Jalan Pada Areal Tanaman Kakao
Cacao Agroforestry |
Tahapan untuk Persiapan Areal Penanaman Kakao - Theobroma cacao meliputi beberapa tahapan :
A. Pemetaan Area Lahan Tanaman Agroforestry
B. Pelaksanaan Land Clearing Rencana Areal Tanaman Kakao
C. Pemancangan dan pembuatan teras untuk Areal dengan Kemiringan > 15º
D. Persiapan Lahan Tanaman Kakao secara Kimia
E. Pembuatan Jaringan Jalan Pada Areal Tanaman Kakao
A. Pemetaan
lahan tanaman Kakao
- Lahan untuk pembangunan tanaman kakao dilakukan pemetaan terlebih dahulu oleh bagian Perencanaan dan Survey.
- Areal yang sudah disurvey team selanjutnya dilaksanaan Blocking oleh Perencanaan .
- Persiapan dan Pengolahan lahan atau Land Clearing
dilakukan oleh bagian Land Clearing.
- Lahan yang sudah dilakukan LC akan dilakukan pelaksanaan Hand Over Area dari Bagian Land Clearing ke Tanaman Agroforestry
dilakukan setelah lahan dinyatakan sesuai standart untuk penanaman Kakao.
Pemetaan Area Lahan Tanaman Agroforestry |
B. Pelaksanaan Land Clearing Rencana Areal Tanaman Kakao
1) Pembukaan
lahan hutan dan belukar
2) Merintis,
Babat Pendahuluan dan Mengimas
i) Semak
dan pohon kecil diameter sampai dengan 10 cm ditebas dan ditebang di sepanjang
perbatasan areal yang akan dibuka.
ii) Tinggi
tebasan diperkenankan sampai ketinggian 20 cm dari permukaan tanah dan tidak
lancip.
iii) Memotong anak kayu harus serapat dan
serendah mungkin dengan permukaan tanah.
iv) Alat yang biasa digunakan umumnya parang dan
kampak
v) Areal yang tidak boleh dilakukan pekerjaan
ini adalah areal 50 m dari sungai kecil dan 100 m dari sungai besar (riparian reserve)
vi) Pelaksanaan
imas bertujuan untuk :
- Safety bagi operator chainsaw
- Memudahkan akses ke dalam area tebang
- Pemanfaatan kayu lebih optima
- Memudahkan pengontrolan areal kerja (sisa kayu & tinggi tunggul)
- Hasil spreading akan lebih merata.
vii) Bila penarikan kayu memakai Skidder (khusus
areal darat) potongan imas yang tinggi dan tajam dapat merusak ban alat
tersebut.
viii) Setelah
dibuat rintisan, dilakukan pengukuran dan penetuan batas areal yang akan
dibuka.
3) Menumbang
i) Pohon-pohon
yang berukuran relatif besar dengan diameter > 10 cm dengan menggunakan
chain saw.
ii) Pembuatan
takik rebah adalah pekerjaan membuat keratan pada kayu yang berfungsi untuk mengarahkan
arah rebah pohon. Ruang lingkup pekerjaan ini adalah membuat keratan pada
batang bersudut 30º dengan menggunakan chainsaw, untuk potongan sejajar tanah
harus rata dengan permukaan tanah. Semua pohon rebahnya diarahkan kerencana
jalur sarad.
iii) Pemotongan takik balas adalah pekerjaan menumbangkan kayu
dengan cara memotong kayu tepat diposisi takik balas. Ruang lingkup pekerjaan
ini adalah melakukan pemotongan pohon 3 cm diatas takik rebah untuk pohon
berdiameter dibawah 29 cm dengan menggunakan chainsaw. Dalam melakukan
pemotongan takik balas tidak dibenarkan sampai putus bertemu takik rebah karena
hal ini menyebabkan susahnya bisa mengendalikan kecepatan dan arah rebah pohon.
Penebangan yang benar selalu meninggalkan engsel bekas tebangan pada
tunggul tinggal.
iv)
Kriteria menumbang
- Memotong kayu yang diameternya lebih dari 10 cm dengan enggunakan chainsaw.
- Diameter kayu > 10 – 15 cm dipotong serapat mungkin dengan permukaan tanah
- Diameter kayu > 15 – 30 cm dipotong maksimum 25 cm dari permukaan tanah
- Diameter kayu > 30 – 75 cm dipotong maksimum 50 cm dari permukaan tanah
- Diameter kayu >75 – 150 cm dipotong maksimum 100 cm dari permukaan tanah
- Diameter >150 cm dipotong pada batas akar penguat dengan batang utama
- Hasil tumbangan tidak boleh melintang diatas alur air (sungai) ataupun jalan
- Pohon yang sudah mati tegak tidak perlu dilakukan penumbangan sampai dilakukan perun mekanis
4) Merencek
i) Pohon-pohon
yang sudah tumbang dipotong-potong sesuai ukuran dan dicincang untuk memudahkan
pengangkutan.
ii) Pohon
yang tumbang dipotong mulai dari batang utama, cabang, dahan dan ranting menjadi
potongan lebih kecil sehingga memudahkan perumpukan.
5) Membersihkan
Jalur Tanam
i) Hasil
rencekan ditempatkan diantara jalur tanaman, dengan jarak 1m di sebelah kiri
dan kanan pancang, sehingga diperoleh jalur selebar 2 meter yang bebas dari
kayu/ranting.
6) Merumpuk (stacking) dan pembuatan Wash Bunds pada areal < 80
i) Pekerjaan merumpuk (stacking) dilakukan
dengan cara mekanis menggunakan Dozer atau Excavator pada areal yang sudah
dilakukan imas tumbang.
ii) Rumpukan diletakan pada gawangan (jarak 6 m)
dengan lebar rumpukan maksimal 3 m dan tinggi rumpukan maksimal 1,5 m. memutus
jalur stacking setiap 30 m selebar 2 m untuk menghubungkan antar barisan.
iii) Awal stacking dilakukan 3m dari pinggir
jalan/batas blok
iv) Proses perumpukan tidak boleh menggusur
lapisan tanah top soil, dan tidak boleh terikut atau ditaruh didalam rumpukan.
v) Lahan tempat barisan tanaman karet harus bebas dari (tunggul)/ sisa kayu tebangan ( kayu berdiri / antena )
baik diameter kecil maupun besar. Kayu tebangan diangkut keluar areal.
vi) Semua tunggul kayu bekas tebangan harus
dibongkar sehingga tidak ada tunggul yang tersisa didalam jalur tanaman kecuali untuk tunggul yang berukuran diameter lebih dari > 80 cm
vii) Pola rumpukan (stacking) tergantung populasi
kayu (kerapatan kayu dan ukuran kayu) yang ada
dan diputuskan sesuai ketentuan management kebun (koordinasi di lapangan).
viii) Jalur
sampah disusun dengan jarak antara jalur
sampah adalah 18 meter dan tetap mengacu pada jalur sampah yang memotong
kontur / jalur sampah yang terdekat dan atau di buang pada lebung alur sungai.
ix) Untuk
kondisi tertentu sesuai persetujuan, proses persiapan lahan dapat dilanjutkan
dengan proses pembajakan, penggaruan (ripping) dan ayap akar (membersihkan
akar-akar yang masih tertinggal).
7) Merumpuk (stacking) pada areal datar agak
miring dengan kemiringan 80 sampai dengan <150.
i) Lahan tempat barisan tanaman Kakao harus bebas dari (tunggul)/ sisa kayu tebangan ( kayu berdiri / antena )
baik diameter kecil maupun besar.
ii) Pekerjaan merumpuk (stacking) dilakukan
dengan cara mekanis menggunakan Dozer atau Excavator pada areal yang sudah
dilakukan imas tumbang sebelum.
iii) Rumpukan diletakan pada gawangan (jarak 6 m)
dengan lebar rumpukan maksimal 3 m dan tinggi rumpukan maksimal 1,5 m. memutus
jalur stacking setiap 30 m selebar 2 m untuk menghubungkan antar barisan.
Pelaksanaan Land Clearing Rencana Areal Tanaman Kakao |
C. Pemancangan
dan pembuatan teras untuk Areal dengan Kemiringan > 15º
i) Pada
tahap pertama pemancangan untuk areal berbukit tentukan daerah tertinggi yang
mewakili areal sebagai titik pusat.,
Pemancangan dan pembuatan teras untuk Areal dengan Kemiringan > 15º |
ii) Dari
titik pusat ditentukan pancang kepala dengan jarak 6 meter atau sesuai dengan jarak tanam dan
dibuat dari atas ke bawah.
iii) Pada areal berbukit dengan kemiringan ≥ 150 harus dibuat teras
bersambung/teras kontur
iv) Sebelum areal diteras, areal harus sudah
diimas tumbang dan dibuat jalan kontur terlebih dahulu.
v) Pemancangan dilakukan setelah terlebih
dahulu dibuat pancang kepala pada areal yang kemiringannya mewakili rata-rata
dari areal tersebut, dan selanjutnya dibuat pancang anakan sebagai titik tanam.
vi) Pada saat pemancangan perlu diperhatikan
apabila jarak antar jalur horizontal antar calon teras dengan jalur pancang
calon teras diatasnya < 4,5 m, maka pemancangan dihentikan dan pemancangan
dimulai kembali dari jalur yang baru.
vii) Sebaliknya apabila jarak horizontal > 8
m, maka harus dibuat anak teras yang jaraknya dan panjang teras disesuaikan dg
kondisi jarak teras yang ada (jarak teras berkisar 3 – 6 m).
viii) Pembuatan teras kontur dimulai dari bagian
atas yang dilanjutkan ke pembuatan teras bagian bawahnya.
IX) Lebar teras 4 m dengan posisi bentuk teras
miring ke arah dinding teras/tebing dengan membentuk sudut berkisar 150.
Pembuatan Teras yang benar dengan kelerengan > dari 15 Derajat |
D. Persiapan Lahan Tanaman Kakao secara Kimia
i) Persiapan
lahan dilakukan dengan penyemprotan herbisida
ii) Penyemprotan
dilaksanakan 3 kali rotasi dengan kombinasi herbisida kontak dan sistemik.
Persiapan Lahan Tanaman Kakao secara Kimia |
iii) Tata
cara pelaksanaan penyemprotan :
· Sebelum penyemprotan dilakukan kalibrasi untuk :
Ø Lebar semprotan
Ø Tinggi nozzle dari tanah
Ø Kecepatan jalan
Ø Luas yang disemprot
Ø Lama penyemprotan
· Nozel yang digunakan adalah VLV 200, VLV 100 atau nozel
merah
· Untuk kelancaran pekerjaan air pelarut harus bebas dari
lumpur dan sampah
· Regu semprot terdiri dari :
Ø Regu penyemprot
Ø Regu pelangsir
Ø Regu pencampur
Herbisida yang dipergunakan adalah jenis Glyfosat dan Paraquat dengan dosis sesuai vegetasi awal dan disarankan untuk Glyfosat 5 liter per ha dan Paraquat 3 liter per ha.
Pada Areal tertentu dengan dominasi Pakis, disarankan menggunakan aplikasi Paraquat dan Metilmesulfuron.
Saat aplikasi Herbisida pergunakan APD yang benar |
E Pembuatan Jaringan Jalan Pada Areal Tanaman Kakao
i) Bersamaan
dengan persiapan lahan Kakao juga
dibangun jaringan jalan yang membatasi petak.
ii) Seluruh
ruas jalan harus dibentuk cembung atau berbentuk punggung kura-kura dan dipadatkan dengan compactor dan bebas naungan.
iii) Pengerasan
dapat disempurnakan pada masa TBM atau Tanaman Belum Menghasilkan
Pembuatan Jaringan Jalan Pada Areal Tanaman Kakao |
0 Response to "Persiapan Lahan Penanaman Kakao, Theobroma cacao - Agroforestry"
Post a Comment