google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Tata Cara Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT) Karet - PLANTER AND FORESTER

Tata Cara Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT) Karet

Tata Cara Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT) Karet

Bagian 1. 
Standar Mutu dan Penyiapan Bahan Tanam Karet Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT)

Ringkasan

Pada budidaya tanaman karet, realisasi produktivitas karet kering dalam kg /ha/tahun selalu berada di bawah potensi produksi klon unggul. Banyak upaya telah dilakukan untuk mendekatkan kesenjangan tersebut dan salah satu diantaranya adalah dengan penggunaan bahan tanam yang bermutu/berkualitas prima.  

Bahan tanam bermutu akan diperoleh jika tindakan kultur tehnis yang dianjurkan diterapkan didalam proses pengadaannya.  Standar mutu bahan tanam karet perlu diperhatikan  dari sejak pengadaan biji, kecambah, sampai ke tanaman polibeg.  Jika semua kriteria standar mutu diterapkan di dalam penyiapan bahan tanam, dapat dipastikan bahwa masa tanaman belum menghasilkan menjadi lebih singkat 5-9 bulan dan produksi tahun sadap pertama meningkat sekitar 110-500 kg/ha.  

Potensi klon akan terealisasi secara komersial jika digunakan bahan tanam bermutu dan menurut tehnik budidaya yang dianjurkan.  Dalam tulisan ini diuraikan tehnik penyiapan, seleksi dan standar mutu berbagai bentuk bahan tanam karet sehingga diperoleh bahan tanam yang potensinya mendekati potensi  induk klon yang digunakan. Bentuk bahan tanam yang dimaksud dalam hal ini adalah SOMT, bahan tanam polibeg, dan bahan tanam berumur stadia lanjut (APM) seperti stum tinggi dan core stump.

Baca Juga : Penyiapan Bahan Tanam Karet dari APM atau Core Stum (CS)
Bibit Karet Hasil Okulasi Entres dan Batang Bawah
Pendahuluan
Pada budidaya tanaman karet, penggunaan bahan tanam yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman .Selain ditentukan oleh faktor pengelolaan tanaman (pemeliharaan tanaman), penggunaaan bahan tanam yang berkualitas sangat menentukan tingkat produktivitas yang akan diperoleh. Jika terjadi kesalahan dalam memilih bahan tanam, maka akibatnya akan dirasakan sepanjang umur ekonomi tanaman.  Adanya keengganan untuk menggunakan bahan tanam yang baik dengan alasan biaya tinggi adalah kurang tepat karena biaya pengadaan bahan tanam karet sangat kecil, bila dibandingkan dengan  keuntungan yang akan diperoleh (apalagi pada kondisi harga karet yang menjanjikan sebagaimana terjadi sekarang).  

Bahan tanam karet yang lazim digunakan sampai saat ini adalah bahan tanam yang diperbanyak secara vegetatif dengan cara okulasi.  Tujuan utama penggunaaan bahan tanam hasil perbanyakan secara okulasi adalah agar sifat klon diwariskan secara utuh kepada keturunannya.  Didalam perbanyakan secara okulasi, ada dua bagian tanaman yang disambung, yaitu bagian batang bawah dan bagian batang atas yang akan diharapkan hasilnya.  

Bentuk bahan tanam hasil okulasi pada tanaman karet dapat berupa stum  okulasi mata tidur (SOMT), bahan tanam polibeg, dan bahan tanam berumur lanjut (advanced planting material/APM seperti stum tinggi dan core stump).

Klon-klon karet terkini dapat mencapai potensi produktivitas antara 1800 – 2500 kg karet kering per hektar per tahun di tingkat pengujian skala besar.  Kenyataan menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kebun karet yang dicapai secara komersial masih dibawah potensi klon tersebut, yaitu antara 1000-1700 kg/ha/tahun. 

Adanya kesenjangan tingkat produktivitas antara potensi dengan realitas antara lain  disebabkan oleh pengelolaan tanaman yang kurang baik sehingga a.l terjadi penurunan populasi tanaman yang diakibatkan oleh penyakit jamur akar putih, KAS, serangan angin serta pemupukan yang kurang tepat dan aspek budidaya lainnya yang tidak mendukung.  

Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa bahan tanam yang berkualitas sangat berperan dalam merealisasikan potensi klon tersebut. Mutu bahan tanam yang dimaksud adalah a.l mutu genetik, mutu fisiologis dan mutu fisik.   Hasil penelitian menunjukkan, bahwa untuk mencapai produksi maksimal harus dipergunakan bahan tanaman yang terpilih, baik batang atas yang disadap ataupun batang bawah yang berfungsi sebagai pengambil zat hara yang efektif. Schmole dalam  Madjid et al.  (1975) menyatakan bahwa penggunaan semai yang salah untuk batang bawah akan menurunkan produksi sampai 40%.  Oleh karena itu pemilihan klon sebagai sumber biji untuk batang bawah harus mendapat perhatian.  Sebagai contoh lagi adalah jika digunakan mata okulasi yang diambil dari tag entres (mata okulasi dari tanaman berproduksi) akan dihasilkan tanaman yang cepat berbunga, pertumbuhan lambat dan masa TBM menjadi lebih lama. Jika penggunaan bahan tanam klon berkualitas, diikuti dengan pengelolaan tanaman secara baik, maka realisasi produktivitas kebun akan mendekati potensi klon dan masa tanaman belum menghasilkan akan dipersingkat menjadi kurang dari 4 tahun (Gan Lian Tiong,  1989).

Kenyataan yang sering terjadi di lapangan adalah pekebun kurang memperhatikan mutu bahan tanam yang digunakan.  Mutu batang bawah, jenis klon yang digunakan untuk batang atas, mutu fisiologis dan mutu fisik bahan tanam kurang diperhatikan.  Penggunaan bahan tanam karet yang berkualitas sesuai dengan standar mutlak dilaksanakan.  Bahan tanam yang berkualitas sesuai dengan standar mutu, di lapangan nantinya dicirikan dengan tanaman yang seragam, pertumbuhan cepat  dan produksi tinggi.  Untuk mendapatkan bahan tanam tersebut diperlukan seleksi yang ketat dari sejak pengadaan biji untuk batang bawah sampai ke berbagai bentuk bahan tanam karet.  Dalam tulisan ini diuraikan tehnik penyiapan, seleksi dan standar mutu berbagai bentuk bahan tanam karet sehingga diperoleh bahan tanam yang potensinya mendekati potensi  induk klon yang digunakan. Bentuk bahan tanam yang dimaksud dalam hal ini adalah SOMT, bahan tanam polibeg, dan bahan tanam berumur stadia lanjut (APM) seperti stum tinggi dan core stump. Semuanya bentuk bahan tanam tersebut diperbanyak secara vegetatif melalui okulasi.

Standar Mutu dan Penyiapan Bahan Tanam Karet Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT)

Standar mutu benih batang bawah dan pengecambahan
Bahan tanam karet SOMT diperbanyak melalui okulasi, sehingga memerlukan batang bawah dan batang atas.  Umumnya SOMT diperoleh melalui pembibitan lapangan (ground nursery). Untuk memperoleh SOMT bermutu baik, ada tiga jenis mutu benih batang bawah yang perlu diperhatikan, yaitu mutu genetis, fisiologis dan mutu fisik.  Mutu genetis menyangkut jenis benih anjuran untuk batang bawah.  Berdasarkan rekomendasi bahan tanam karet anjuran periode 2010-2014, benih anjuran untuk batang bawah ditinjau dari segi genetis harus berasal dari biji prolegitim klon RRIC 100, AVROS 2037, PB 260, GT 1, BPM 24 dan PB 330 (Aidi-Daslin, Woelan dan Suhendry, 2009).
Biji Karet untuk batang bawah
Setiap jenis biji mempunyai ciri/bentuk atau motif yang dapat dibedakan dari jenis yang lain.  Pada Tabel 1 tertera deskripsi biji beberapa klon anjuran. Bagi para praktisi, deskripsi biji anjuran untuk batang bawah perlu diketahui, agar kesalahan dalam pemilihan biji untuk batang bawah tidak terjadi.  Perbedaan biji antar klon agak bersifat kualitatif tetapi dengan semakin sering melihat dan membedakannya dengan biji klon lain maka kesalahan dalam identifikasi akan semakin kecil.


Biji tersebut diperoleh dari blok pertanaman yang mempunyai luas minimal 10 hektar, berumur 10-25 tahun dan klon sekitarnya diketahui dengan pasti.  Biji prolegitim GT 1 berarti pohon induk darimana biji tersebut dikutip adalah klon GT1, sementara jantannya adalah berasal dari klon disekitarnya yang dapat ditunjuk.  Hal ini perlu diperhatikan untuk menjamin kemurnian genetis biji tersebut.  

Mutu fisiologis benih batang bawah menyangkut kesegaran/viabilitas/daya kecambah biji.  Untuk mendapatkan benih dengan mutu fisiologis yang baik, terlebih dahulu ditentukan tempat-tempat pengambilan benih sesuai klon-klon tersebut diatas.  Satu minggu sebelum waktu pengumpulan, biji-biji yang terdapat pada plot-plot tersebut dikumpulkan dan dibuang.  Dengan demikian umur biji yang jatuh dibawah diketahui dengan pasti.  
  
Benih karet termasuk benih rekalsitran, yaitu sangat cepat mengalami penurunan kaya kecambah jika kadar air benih menurun.  Di lapangan terbuka (penyinaran langsung), daya kecambah benih hanya dapat bertahan paling lama 3 hari.  Setelah itu merosot dengan tajam sejalan dengan menurunnya kadar air benih dan menjadi nol pada hari keenam.  Jika umur biji sejak jatuh dari pohon diketahui dengan pasti, maka dapat diduga tingkat kesegaran dan daya kecambahnya.  Pada Tabel 2 tertera hubungan antara lamanya penyimpanan biji (tanpa pengawetan), berat biji, nilai kesegaran, kadar air dan daya kecambah biji karet.

Tabel 2.  Hubungan antara lama penyimpanan dengan berat biji karet, nilai kesegaran, kadar air dan daya kecambah klon GT 1


Tabel 2 memperlihatkan bahwa setelah 14 hari, biji karet yang disimpan dalam karung goni tanpa bahan pengawet, akan kehilangan daya kecambah.  Untuk mendapatkan daya kecambah yang tinggi sebaiknya pengumpulan dilakukan setiap 2-3 hari.  Biji yang telah terkumpul segera diseleksi, yang lolos seleksi ialah biji yang bernas dan penampilannya mengkilat seperti mengandung lilin, biji tidak berlobang dan tidak cacat serta mencapai ukuran / besar optimal.

Biji Karet yang sehat
Daya kecambah dapat diduga dengan uji kesegaran.  Uji kesegaran biji dilakukan berdasarkan kesegaran jaringan endosperm.  Jika kesegaran biji tinggi, maka daya kecambahnya juga tinggi.  Sebaiknya kesegaran biji tidak kurang dari 70%.  Biji karet yang mempunyai kesegaran dibawah 50% tidak dapat diterima untuk benih batang bawah.  Seleksi biji dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan alat pental.

Mutu fisik benih menyangkut kemurnian jenis benih tersebut.  Setiap jenis benih mempunyai ciri/bentuk atau motif benih yang dapat dibedakan dari jenis yang lain. Batas toleransi adanya campuran biji yanglain ialah 5%.  Melakukan penimbangan terhadap berat biji segar juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemurnian biji karet dari sesuatu klon.  Berat 100 butir biji untuk masing-masing klon GT 1 dan AVROS 2037 adalah 315 g dan  404 g. Dapat diringkaskan bahwa standar mutu benih/biji untuk batang bawah adalah :
  1. Biji prolegitim GT1, PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, BPM 24 dan PB 330
  2. Tanaman induk benih berumur 10-25 tahun (3.000-6.000 biji/ha tanaman)
  3. Kesegaran/daya kecambah minimal 70%
  4. Warna biji mengkilat, tidak cacat, bernas, bila dijatuhkan ke lantai yang permukaannya keras akan menimbulkan suara nyaring dan biji terpental.

Biji untuk batang bawah dengan syarat tersebut diatas dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan menggunakan media yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji lembab dan sudah matang, tebal 10 cm. Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1,5 meter dibagian Timur dan 1,2 meter di bagian Barat. Atau bedengan dapat ditempatkan di bawah pohon karet. 


Rekomendasi Klon Karet Untuk Batang Bawah
Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.
Standar Mutu Kecambah dan Pembibitan Lapangan
Walaupun mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik dari benih yang digunakan sudah tepat, variasi dalam pertumbuhan di pesemaian selalu akan ditemui.  Hal ini terjadi karena benih tersebut berasal dari hasil persilangan alami sehingga bersifat heterozigot dan setelah ditanam akan terjadi segregasi.  
Batang  bawah Karet yang ditanam di Polibag 
Standar mutu kecambah yang dapat dipindahkan ke pembibitan lapangan adalah sebagai berikut :
  1. Benih tersebut telah berkecambah sebelum hari ke-21. Benih yang berkecambah pada hari ke-22 dan sesudahnya tidak dipakai sebagai batang bawah.  Hasil penelitian Jayasekera dan Senanayake (1971) serta hasil penelitian Senayake, Jayasekera dan Samaranayake (1975) telah membuktikan bahwa benih yang berkecambah setelah hari ke-16 pertumbuhannya akan tetap terlambat, baik di pembibitan maupun setelah ditanam di lapangan.
  2. Akar tunggang kecambah  lurus
  3. Kecambah tidak terserang hama dan penyakit serta bentuknya normal.
  4. Stadia kecambah pada saat pemindahan ke pembibitan lapangan adalah stadia pancing atau jarum.  Jika kecambah ditanam langsung di polibeg, maka stadia bintang dapat juga digunakan.
Penyemaian Biji Batang Karet yang sudah diseleksi
Kecambah yang telah memenuhi syarat sebagaimana diuraikan diatas, selanjutnya ditanam di pembibitan lapangan. Persiapan dan pengolahan lahan pembibitan yang baik akan mendukung dalam menghasilkan bahan tanam yang bermutu. Pengolahan lahan yang tidak baik akan menghasilkan tanaman yang berakar bengkok/tidak sempurna. Syarat yang perlu dipenuhi untuk areal bibitan di lapangan adalah : 
  1. Lahan rata, jika  harus menggunakan lahan yang miring, maka harus dibangun  benteng dan rorak untuk memperkecil erosi , dan kemiringan maksimum 5%.
  2. Dekat dengan sumber air dan memiliki sifat fisik tanah yang baik.
  3. Jauh dari jangkauan hewan ternak
  4. Tersedia sarana jalan, agar mudah dalam pengangkutan.   
Biji Batang Bawah karet yang sudah berkecambah
Penyiapan lahan pembibitan batang bawah dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dengan menggunakan traktor (untuk bibitan skala besar) atau secara manual dengan mengunakan cangkul (untuk bibitan skala kecil). Pengolahan lahan secara mekanis dapat dilakukan dengan dua kali ripper dengan kedalaman 40-50 cm, selang waktu tiga minggu dan dua kali luku dengan selang waktu tiga minggu, kemudian diikuti dengan garu (meratakan) tanah.  

Persiapan Areal untuk Pembibitan Batang Bawah Karet
Setiap selang pengolahan dilakukan ayap akar yang bertujuan untuk membuang sisa-sisa akar lama yang berpotensi sebagai inang JAP. Pupuk dasar menggunakan fosfat alam dosis  750 kg/ha dilakukan dengan cara menabur secara merata sebelum pekerjaan menggaru.  Pengolahan lahan secara manual dapat dilakukan dengan cara mencangkul dengan kedalaman  30 - 40 cm. Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan adalah lahan harus bebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. 

Setelah penyiapan lahan, langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan yang disesuaikan dengan jarak tanam. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah pola tanam segi empat dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm x 60 cm (jarak tanam ganda), dalam satu hektar terdapat sekitar 62.900 tegakan atau 25 x 25 x 50 cm (92.150 tegakan per ha). Jika menggunakan populasi tinggi, maka penyisipan tidak disarankan dilakukan. 

Penanaman Biji Karet untuk Batang Bawah - Root Stock
Penanaman kecambah dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stress di lapangan, dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar berada seluruhnya di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari kecambah). Penyiraman bibit dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau. 

Pemeliharaan bibitan terdiri dari penyiraman untuk tiga bulan pertama (terutama jika tidak turun hujan), penyisipan (terutama untuk populasi rendah), pengendalian gulma, hama penyakit dan pemupukan.
            
Penyulaman atau penyisipan bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau kerdil/tidak normal pertumbuhannya. Lahan bibitan harus bebas dari gulma agar pertumbuhannya tidak terganggu. Penyiangan gulma yang tumbuh dapat dilakukan dengan manual (rotasi 1x2 minggu) tergantung dari banyak tidaknya gulma yang tumbuh di lapangan, penggunaan herbisida pada pembibitan lapangan tidak disarankan karena dapat menyebabkan kematian pada tanaman karet atau keberhasilan okulasi menjadi rendah. 

Untuk mencegah timbulnya  penyakit gugur daun yang sering merusak bibitan karet seperti Colletotrichum dan Helmintosporium dapat diberi obat Dithane M-45 dengan dosis 2 gram/liter/rotasi (1x2 minggu). Untuk mencegah timbulnya serangan jamur akar putih (JAP) pada umur 2-6 bulan dapat dilakukan aplikasi biofungisida Triko SP plus dengan dosis 600 kg/ha, di tabur disekitar barisan tanaman. Kemudian di tutup dengan tanah menggunakan cangkul. Beberapa hama yang sering menyerang bibitan karet adalah jangkrik, rayap dan tungau, untuk menanggulanginya dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang yang tepat seperti Sevin 85S.


Model Batang bawah di Polibag yang siap diokulasi
Pemberian pupuk ditaburkan disekitar barisan tanaman, dengan dosis pupuk menggunakan pupuk tunggal, sebagaimana tertera pada Tabel 3. Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK-Mg 15-15-6-4 dapat digunakan sebanyak 5, 10, 15 dan 15 gram/pohon untuk tanaman yang berumur 1, 3, 5 dan 7 bulan.

Tabel 3. Anjuran pemupukan untuk pembibitan batang bawah karet


Batang Bawah yang siap diokulasi yang ditanam di lapangan
Mutu Bibit Batang Bawah, Mata Okulasi dan Pelaksanaan Okulasi

Kriteria atau peubah yang dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan bibit batang bawah adalah ukuran diameter (lilit) batang tanaman.  Hal ini didasarkan dari hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa pada umur yang sama, laju pertumbuhan tunas okulasi pada batang bawah yang jagur (diameter batang lebih besar), nyata lebih cepat dibandingkan dengan pada batang bawah yang kurang jagur (Gan Lian Tiong, 1989; Siagian, Harahap dan Sunarwidi, 1988).  Hal ini berarti seleksi berdasarkan diameter batang perlu dilakukan untuk mendapatkan bahan tanaman yang baik.  Dalam suatu areal pembibitan di lapangan, variasi pertumbuhan batang bawah selalu ditemui walaupun benih yang digunakan berasal dari klon anjuran.  Variasi tersebut mungkin terjadi karena kesuburan tanah dan susunan genetis benih yang dipakai berbeda.  Seleksi atau pembuangan terhadap bibit kerdil perlu dilakukan agar bibit tersebut tidak diokulasi.  Tanaman yang kerdil ialah tanaman yang pertumbuhannya dibawah pertumbuhan minimal normal.  

Jika semua kultur tehnis anjuran dari pemilihan biji sampai di bibitan lapangan diterapkan dengan baik, maka bibit batang bawah akan tumbuh dengan baik.  Pertumbuhan yang baik tersebut dapat ditunjukkan melalui besar ukuran diameter batang bawah pada berbagai umur.  Pada Tabel 4 tertera ukuran rata-rata minimal diameter batang bawah yang tergolong baik pada berbagai umur dari klon GT 1dan RRIC 100.


Tabel 4.  Rata-rata minimal ukuran diameter batang bawah (mm) pada berbagai umur dari klon GT 1dan RRIC 100.
Batang atas merupakan organ (bagian tanaman) yang akan disadap atau diharapkan hasilnya. Untuk periode tahun 2010 – 2014, telah dirumuskan klon karet anjuran untuk penanaman komersial sebagai berikut :
  1. Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR 107, IRR 220, BPM 24, PB 260,       PB  340 
  2. Klon penghasil lateks-kayu : IRR 5, IRR 112, IRR 118, IRR 119, PB 330, RRIC 100.

Klon penghasil lateks adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang.  Klon penghasil lateks-kayu adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi


Rekomendasi Klon Karet untuk  Entres alias Batang Atas
Mata tunas yang diambil dari klon-klon anjuran komersial tersebut dapat digunakan sebagai mata okulasi dalam perbanyakan tanaman karet.  Melalui pemilihan klon secara cermat dan penempatan secara tepat menurut kondisi lingkungan, maka minimalisasi biaya pemeliharaan akan sangat besar artinya dalam penurunan biaya produksi.  Perlu disadari kembali bahwa walaupun mutu batang bawah yang akan diokulasi sudah baik, kalau mata tunas yang akan diokulasi bukan berasal dari klon anjuran, maka pekerjaan akan sia-sia.
Entres yamg sehat


Mata tunas yang baik adalah yang berasal dari kebun entres yang sehat, umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata untuk okulasi coklat (umur batang bawah = 6 bulan dan berwarna coklat) adalah mata ketiak daun.   Hasil penelitian membuktikan bahwa pada okulasi coklat, pertumbuhan mata okulasi yang berasal dari mata sisik, nyata lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan tunas yang berasal dari mata daun (Siagian dan Sunarwidi, 1986).  Jika dalam pelaksanaan okulasi coklat, di lapangan terjadi pencampuran antara mata daun dan mata sisik, maka dapat dipastikan hasil okulasi akan beragam tumbuhnya.

Kebun Entres yang sehat dan terawat
Mutu fisik batang atas adalah menyangkut kesegaran kayu okulasi.  Kayu okulasi sebagai sumber mata okulasi sebaiknya segera dipakai setelah pemotongan dari tanaman induknya.  Viabilitas mata akan cepat menurun dan pada umur 3 hari setelah pemotongan, hasil jadi okulasi sudah sangat rendah.  Hal ini disebabkan kayu okulasi tersebut sudah mengering.    Jika mata okulasi diambil dari tanaman produksi yang berumur = 2,5tahun, maka tanaman hasil okulasiannya akan cepat menghasilkan bunga di lapangan dan laju pertumbuhan lilit batang menjadi lebih kecil dan matang sadap tertunda. Perlu diperhatikan agar umur jaringan (cabang) harus hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan pengambilan cabang tersebut jangan sampai berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil dari kebun produksi.  Kebun kayu okulasi sebagai sumber mata okulasi harus terawat dengan baik sesuai dengan anjuran.  

Kebun kayu okulasi yang tidak dipupuk dan terserang penyakit akan menyebabkan lengketnya kulit pada kayu sehingga menyulitkan pengambilan mata okulasi. Standar mutu mata okulasi atau entres ialah :
  1. Berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai dengan anjuran
  2. Kebun entres dapat dipertahankan sampai umur 10 tahun kemudian dilakukan peremajaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan kebun okulasi yang berumur lebih dari  10 tahun memperlihatkan kemunduran dalam pertumbuhan. 
  3. Kebun entres harus selalu direjuvinasi jika tidak digunakan
  4. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan masih segar.
  5. Berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%.
  6. Mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat (umur batang bawah = 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang berasal dari daun yang rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman muda (3-4 bulan).

Okulasi adalah suatu proses penempelan mata tunas dari klon-klon anjuran pada batang bawah yang terpilih. Untuk pembibitan lapangan disarankan bahwa okulasi dilakukan pada saat batang bawah sudah berwarna coklat (mulai umur 6 bulan s.d umur 12 bulan/diistilahkan dengan okulasi coklat). Pelaksanaan okulasi dimulai dari pembuatan jendela okulasi. Pembuatan jendela okulasi terdiri dari beberapa langkah  yakni :
  1. Membersihkan batang bawah dari kotoran tanah atau pasir yang dapat mengganggu pelaksanaan okulasi pada batang bawah.
  2. Mengiris batang bawah dengan dua irisan vertikal yang sejajar dengan panjang 5 cm dan lebar 1/3  lilit  batang bawah pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah. Jika terlalu dekat dengan tanah akan semakin memperkecil keberhasilan okulasi.
  3. Membuat potongan melintang pada  ujung atas garis sejajar, dan kemudian menarik kulit ke arah bawah serta memotong setengahnya.   

Perisai okulasi adalah mata okulasi yang diambil dari batang entres untuk ditempelkan pada jendela okulasi. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
  1. Menyiapkan perisai okulasi dari kayu entres yaitu dengan membuat irisan disisi kiri kanan mata tunas (mata ketiak daun) dengan ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 5 cm. Ukuran perisai harus lebih kecil dari jendela okulasi yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar perisai dapat ditempelkan dengan sempurna pada jendela okulasi. 
  2. Penyayatan perisai okulasi harus diikut sertakan sedikit bagian kayu dan kemudian melepaskan perlahan bagian kayu tersebut.
  3. Perisai yang baik apabila di bagian dalam kulitnya terdapat titik tumbuh putih yang menonjol. Apabila bagian titik tumbuh tersebut terlihat berlubang berarti matanya terikut pada kayu yang tersayat dan perisai yang demikian tidak boleh ditempelkan ke batang bawah.
  4. Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka dan  perisai okulasi harus dalam keadaan tidak bergerak, lalu  jendela okulasi di tekan dan bagian ujungnya dipotong dan dibuang, kemudian jendela okulasi ditutup dan siap dibalut.  Agar mata okulasi tidak bergerak dan menempel baik dengan batang bawah serta agar tidak terkena air hujan dan kotoran maka perisai okulasi harus dibalut kuat dengan verban/plastik okulasi.

Pemeriksaan okulasi dilakukan pada umur 21 dan 28 hari. Okulasi yang telah berumur 21 hari dibuka plastik okulasinya dan diperiksa apakah tunas okulasi hidup atau tidak. Okulasi yang berhasil ditandai dengan perisai yang masih hijau apabila digores sedikit dan perisai masih terlihat segar. Apabila menunjukkan warna coklat/hitam dan perisai terlihat membusuk berarti okulasi tidak berhasil. Okulasi yang berhasil diberi tanda berupa ikatan plastik untuk membedakan okulasi yang berhasil dengan okulasi yang tidak berhasil. Lebih kurang satu minggu setelah buka plastik okulasi, pemeriksaan yang kedua dilakukan dengan tujuannya untuk memastikan keberhasilan okulasi. Keberhasilan okulasi selain ditentukan oleh tenaga kerja okulasi, juga oleh keadaan cuaca.

Pemeriksaan Omat hasil okulasi
Pembongkaran bibit hasil okulasi dapat dilakukan dengan cara menggunakan cangkol atau dengan menggunakan dongkrak stum. Jika dibongkar dengan cangkul, 7 hari setelah okulasi jadi, dilakukan penyerongan batang bawah dengan ketinggian 10-15 cm di atas pertautan okulasi menggunakan gergaji serong, dengan kemiringan 450  berlawanan arah dengan arah mata okulasi dan bekas serongan diolesi dengan kolter/TB 192. Setelah 7-10 hari dan mata okulasi membengkak dilakukan pembongkaran. Setelah tercabut maka akar lateral ditinggalkan sepanjang 5 cm dan akar tunggang dipotong  sehingga tinggal sepanjang 25-35 cm. Apabila menggunakan dongkrak stum, maka 2-3  minggu sebelum dicabut batang bawah dipotong/dipotes pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah. Hasil okulasi yang didapatkan dari pembibitan batang bawah seperti tersebut di atas disebut dengan stum okulasi mata tidur (SOMT).

Pembongkaran Stum Mata Tidur dengan Dongkrak Stum

Seleksi dan Mutu Stum Mata Tidur
Penentuan mutu genetis dari SOMT sangat sulit dilakukan jika tidak diketahui dengan jelas asal usul kayu okulasi sebagai sumber mata okulasinya. Identifikasi dini bibit SOMT yang palsu secara morfologis dilakukan dengan mengamati ciri jendela okulasi, sudut tunas, warna tunas dan jumlah daun pada payung daun pertama.  Kita hanya dapat membedakan apakah mata tunas berasal dari klon atau seedling setelah mata okulasi tersebut tumbuh mencapai satu stadia payung daun atau 3-4 minggu setelah tanam. Pada stadia tersebut belum dapat dibedakan apakah itu jenis klon GT 1 atau klon PB 260 atau klon lainnya. Sumarmadji dan Azwar (1994) mengidentifikasi bibit karet hasil okulasi yang mata okulasinya berasal dari seedling atau bukan dari klon.  Identifikasi bibit stum mata tidur yang palsu dari sejak awal secara morfologis dilakukan dengan mengamati ciri jendela okulasi, sudut tunas, warna tunas dan jumlah tangkai daun pada payung daun pertama.  Ciri bibit karet hasil okulasi yang mata okulasinya berasal dari semaian atau bukan dari klon adalah sebagai berikut : 
1. Warna batang tunas muda mulai dari ujung ke pangkal adalah coklat kemerahan
2. Sudut tunas muda terhadap garis vertikal hanya 190-250
3. Jumlah tangkai daun pada payung daun pertama 5-7 tangkai  
Jika di areal pembibitan polibeg terdapat ciri seperti diatas, maka sebaiknya bibit tersebut dibuang supaya tidak tertanam di lapangan.  Potensi hasil bibit seperti itu sama dengan potensi hasil bibit semaian dan jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil tanaman klon.  Untuk menentukan jenis klon hanya dapat dilakukan setelah bibit okulasi tersebut mempunyai daun sempurna, dan paling jelas dapat dibedakan setelah tanaman berumur 3-4 tahun di lapangan.    
                
Ciri bibit karet hasil okulasi yang mata okulasinya berasal dari   klon adalah sebagai berikut : 
1. Warna batang tunas muda dari ujung ke pangkal adalah hijau
2. Sudut tunas muda terhadap garis vertikal 360-490
3. Jumlah tangkai daun pada payung daun pertama  8-12 tangkai   

Mutu fisiologis dan fisik dari stum mata tidur menyangkut besarnya ukuran diameter batang, panjang akar dan pola perakaran, kesempurnaan tempelan mata okulasi, umur dan kesegaran stum serta keadaan serangan penyakit.  Standar mutu stum mata tidur yang dipakai adalah sebagai berikut :
  1. Diokulasi dengan klon anjuran dan menggunakan mata daun.
  2. Panjang akar tunggang antara 25-35 cm, lurus, tidak melingkar serta tidak bercabang lebih dari dua.  Mempunyai akar-akar lateral dengan panjang ± 5 cm
  3. Pertautan okulasi masih hidup dan segar (bila ditoreh masih mengeluarkan lateks) serta bentuk sempurna.
  4. Tidak terserang penyakit jamur akar putih.
  5. Ukuran diameter batang pada ketinggian 10 cm dari jendela okulasi adalah sesuai dengan umurnya.  Pada umur 8 s.d 12 bulan, ukuran tersebut berkisar 1,3 - 2,6 cm.
Salah satu kriteria seleksi yang dilakukan terhadap stum mata tidur adalah berdasarkan ukuran diameter/lilit batang yang diukur pada ketinggian 10 cm dari pertautan okulasi.  Jika pelaksanaan seleksi dari sejak awal pada tahap perkecambahan dan pembibitan sudah dilakukan dengan baik, maka persentase bibit yang tidak lolos seleksi pada stum mata tidur sudah semakin kecil.  

Hal ini dapat dilakukan jika pembibitan dibangun  oleh kebun itu sendiri, tetapi seringkali pekebun karena alasan tertentu tidak membuat pembibitan sendiri sehingga harus memesannya dari pihak luar.  Pada keadaan seperti itu yang perlu diperhatikan adalah kondisi pembibitan pada produsen bibit.  Dalam hal ini perlu diketahui kondisi pemeliharaan pembibitan dan penggunaan sumber klon.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur yang sama, semakin besar ukuran diameter batang bawah yang diokulasi, maka semakin besar pertumbuhan batang atas dan demikian juga dengan produksi pada tahun pertama.  

Buka sadap pada tanaman yang berasal dari batang bawah yang lebih jagur akan lebih cepat 5-9 bulan jika dibandingkan dengan buka sadap pada tanaman yang berasal dari batang bawah yang kurang jagur.  Disamping itu, produksi pada tahun sadap pertama meningkat sebanyak 150-500 kg per hektar akibat penggunaan batang bawah yang jagur (Gan Lian Tiong,  1989).  

Salah satu kelemahan yang ditemui jika hanya melihat ukuran diameter batang pada pelaksanaan seleksi stum mata tidur, yaitu tidak diketahui umur tanaman sehingga peluang tercampurnya stum dengan umur yang berbeda (lebih tua) tetapi ukuran diameternya sama adalah lebih besar.  Hal semacam ini mungkin terjadi jika bibit stum mata tidur tersebut dipesan dari pihak luar. 

Bentuk bahan tanam SOMT jarang langsung ditanam di lapangan (di penanaman komersial) karena mempunyai kelemahan yaitu pertumbuhan tanaman di lapangan tidak seragam, tingkat kematian lebih tinggi, penunasan tunas liar harus intensif serta sangat peka terhadap kekeringan.


OMAT yang diperoleh dari okulasi
Sumber makalah dari materi yang disampaikan oleh:
Nurhawaty SIAGIAN
Pada Workshop Karet
Balai Penelitian Sungei Putih

















0 Response to "Tata Cara Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Stum Okulasi Mata Tidur (SOMT) Karet"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel