google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Tata Cara Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi Tanaman Karet Hevea brassiliensis - PLANTER AND FORESTER

Tata Cara Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi Tanaman Karet Hevea brassiliensis

Tata Cara Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi atau Core Stump (CS)

Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Berbagai Bentuk Bahan Tanam Karet (bagian 3)

Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi

Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama  2,5 tahun sebelum pembongkaran.  Disamping sebagai bahan tanam, stum tinggi dipakai juga sebagai bahan tanam penyisip untuk tanaman yang sudah berumur 2-3 tahun. Keuntungan penggunaan stum tinggi adalah pertumbuhan lebih seragam, sehingga produksi pada awal penyadapan lebih tinggi serta masa tanaman belum menghasilkan lebih singkat ( 3 tahun). 


Bibit Karet Core Stum atau APM yang dipersiapkan di Pembibitan
Kelemahan penggunaan stum tinggi adalah waktu penanaman harus bertepatan dengan musim hujan besar. Masa tanaman belum menghasilkan (TBM) pada tanaman karet ialah masa dari sejak bibit ditanam di kebun produksi sampai dengan tanaman dapat dibuka sadap.  Berbagai usaha telah dilakukan untuk mempersingkat masa TBM dan salah satu diantaranya ialah penggunaan bahan tanam berumur lanjut seperti stum tinggi.  Walaupun nyata dapat mempersingkat masa TBM, penggunaan stum tinggi dalam skala luas tidak berkembang karena keberhasilan hidup setelah tanam belum memuaskan dan sangat dipengaruhi oleh iklim.  

Perakaran yang belum berkembang merupakan salah satu penyebab rendahnya keberhasilan hidup di lapangan.  Bahan tanam Core Stump (CS) dihasilkan untuk mengatasi kelemahan stum tinggi.  Bibit Core Stump merupakan stum tinggi, dimana pada saat pemindahan akar tanaman adalah utuh.  

Baca juga : Seleksi dan Standar Bahan Tanam Karet

Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi 
  1. Stum tinggi dapat diproduksi melalui pembibitan batang bawah yang dipersiapkan untuk menghasilkan stum okulasi mata tidur.
  2. Sebagian bibit hasil okulasi dibongkar dan disisakan sebagian untuk memproduksi stum tinggi.  Pembongkaran sebagian bibit hasil okulasi dilakukan sedemikian rupa, sehingga bibit hasil okulasi yang tinggal di pembibitan yang diperuntukkan menjadi stum tinggi menjadi berjarak 90 cm x 90 cm.
  3. Jika pembibitan batang bawah khusus dibangun untuk produksi stum tinggi, jarak tanam di pembibitan adalah 90 cm x 90 cm.  Pada setiap lobang ditanam dua kecambah dan akhirnya dipelihara satu yang terjagur.
  4. Pada umur 5-6 bulan dapat dilakukan okulasi hijau atau pada umur 7-8 bulan okulasi coklat.  Bibit yang berhasil okulasinya diserong dan tunas okulasi yang tumbuh dipelihara sampai umur 18 - 30 bulan.
  5. Batang  ditunas dari tunas-tunas liar sampai ketinggian 2,4 m.
  6. Pemeliharaan bibit stum tinggi selama di pembibitan sama dengan pemeliharaan bibit batang bawah a.l. penyiangan, pemupukan, penyiraman (jika perlu) dan pemberantasan penyakit daun.
  7. Pembongkaran Stum Tinggi 
  8. Pembongkaran stum tinggi adalah sebagai berikut : pada sebelah sisi pohon, tanah digali sedalam 50-60 cm.  Penggalian lobang ke dalam mengarah ke ujung akar.  Dari lobang ini akar lateral dipotong, sehingga tinggal 5-10 cm, akar tunggang dipotong miring pada kedalaman 40-60 cm.  Pemotongan akar tunggang dilakukan 4 minggu sebelum pencabutan bibit.
  9. Selanjutnya lobang ditutup tanpa memadatkan tanah.  Kemudian pemenggalan batang dilakukan 2 minggu sebelum pencabutan bibit, pada ketinggian ? 270 cm, tepat 5 cm dibawah karangan mata daun.
  10. Pembongkaran stum tinggi dilakukan dengan menggali kembali tanah galian pertama dan selanjutnya bibit dibongkar secara hati-hati.
Pengangkutan Stum Tinggi.
  1. Dalam pengangkutan bahan tanam stum tinggi, akar dan mata yang sudah membengkak sangat mudah mengalami kerusakan.
  2. Untuk mengatasi kerusakan tersebut, bagian pucuk stum dibungkus dengan gedebok pisang, sedangkan bagian akar dibungkus dengan goni basah.
  3. Dalam truk, stum tinggi disusun secara berlapis dan setiap lapisan dilapisi dengan daun-daunan. Dengan cara ini, dalam satu truk bisa diangkut sebanyak 150-200 stum tinggi.
  4. Penanaman Stum Tinggi di Lapangan.
  5. Dalam penanaman stum tinggi, ukuran lobang tanam pada umumnya adalah 80 x 80 x 80 cm, akan tetapi bisa juga digunakan ukuran lobang 60 x 60 x 40 cm, dimana pada bagian dasarnya diberi rongga sebesar ujung akar tunggangnya.  Rongga ini berfungsi untuk tempat menancapkan batang agar batang dapat berdiri  tegak.  Rongga biasanya berbentuk kerucut.
  6. Penanaman stum tinggi harus pada puncak musim hujan.  Pada saat penanaman, bagian bawah dibuat padat dengan cara menginjak tanah isian dan bila memungkinkan setelah selesai menanam dilakukan penyiraman
  7. Setelah selesai penanaman, batang diolesi dengan larutan kapur agar transpirasi berkurang.  Pengapuran dilakukan sampai  dibawah karangan payung daun terakhir. Kemudian ujung batang ditutup dengan daun alang-alang kering.
  8. Dua minggu setelah penanaman, tunas sudah mulai tumbuh pada karangan mata.
  9. Bila bagian ujung mengalami kekeringan, tunas-tunas akan muncul dari karangan mata  di sebelah bawah. Selama tinggi pertunasan ini memenuhi syarat, yakni tidak lebih rendah dari 1,5 m, stum tinggi ini dapat dipertahankan.  Bila pertunasan di bawah 1,5 m dianjurkan untuk mengganti stum tinggi yang bersangkutan, sebab percabangan nanti terlalu rendah, sehingga bidang sadapan bawah kurang dan tidak mungkin melakukan penyadapan atas
  10. Penunasan
  11. Stum tinggi yang telah ditanam di lapangan akan mengeluarkan tunas didaerah karangan mata sebelah atas.  Tunas yang dipelihara untuk bakal tajuk tanaman adalah hanya tunas paling atas, sedangkan tunas sebelah bawah sedini mungkin harus dibuang.
  12. Pembuangan tunas yang tua umurnya tidak baik karena dapat merusak permukaan batang yaitu timbul benjolan mata pada batang.  Hal ini dapat menurunkan produksi pada saat tanaman disadap.
  13. Bila pembuangan tunas tidak dilakukan, tunas akan tumbuh berkelompok sehingga pada lekuk pertemuan cabang dapat menahan air dan sampah.  Hal ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
  14. Selain itu, cabang yang tumbuh bertumpuk dalam satu kelompok akan memudahkan batang untuk koyak akibat terpaan angin.  Dengan melihat kerugian ini maka sebagian tunas pada karangan mata sebaiknya harus dibuang.
  15. Pembuangan sebagian tunas pada karangan mata dapat dilakukan sedemikian rupa dimana satu tunas paling atas dipelihara sebagai cabang pemimpin dan tunas dibawahnya dipelihara 3-4 cabang yang kedudukannya seimbang.  Artinya cabang tumbuh bertingkat dalam satu karangan.
Penyiapan Bahan Tanam Core Stump
Di dalam perbanyakan Core stump terdapat dua tahapan pembibitan yaitu
  1. Pembibitan polibag untuk menghasilkan bahan tanam berstadia satu payung daun dan 
  2. Pembibitan Core stump (CS).
Pembibitan Polibag
Bahan tanam polibeg berstadia satu payung daun yang akan digunakan sebagai bahan tanam pada pembibitan CS diproduksi langsung melalui penanaman kecambah di polibag.  Okulasi pada batang bawah dilakukan pada umur yang lebih muda yaitu 3,5-4,5 bulan.  

Prosedur pelaksanaannya diringkas sebagai berikut :

  1. Kecambah ditanam di dalam polibeg berukuran 20 x 40 cm s.d 25 x 45 cm (keadaan terlipat), dengan ketebalan 0,14-0,15 mm.  Tanah pengisi polibag adalah tanah lapisan atas yang gembur dan dicampur dengan pupuk fospat alam sebanyak 30 gr per polibeg.  Kualitas polibag yang baik dengan ketebalan yang ditetapkan sangat berperan dalam menjaga keutuhan akar CS.  
  2. Pemeliharaan di pembibitan polibag adalah penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian penyakit.  Penyiraman dilakukan rutin setiap hari (kecuali turun hujan lebat).  Pada umur 1 dan 2 bulan diberikan pupuk majemuk NPKMg 16-16-8-2 sebanyak masing-masing 4 g dan 6 g.  Pupuk diaplikasi dengan cara tugal dan selanjutnya lobang tugalan ditutup tanah kembali.  Pengendalian penyakit daun rutin dilakukan setiap minggu dan penyiangan gulma di polibeg dan diareal bibitan dilakukan secara manual.
  3. Pada umur 4-4,5 bulan dilakukan okulasi dengan menggunakan tunas okulasi dari jenis mata sisik/mata daun.  Empat minggu kemudian plastik okulasi dibuka dan untuk menumbuhkan tunas okulasi dilakukan penyerongan batang bawah pada ketinggian 30-35 cm dari permukaan tanah.
  4. Penunasan terhadap tunas liar dilakukan rutin setiap 5 hari.  Pada umur 1,5-2 bulan setelah penyerongan, tanaman sudah mencapai stadia satu payung daun dan siap untuk dipindahkan ke pembibitan CS.  Seleksi terhadap bahan tanam polibeg yang akan dipindah ke pembibitan CS perlu dilakukan untuk mendapatkan bahan tanam yang homogen.  Tinggi minimal payung daun pertama dari tanaman polibeg yang dipindah ke bibitan CS adalah 20 cm.  

Bibit APM atau Core Stum Karet yang sehat
Pembibitan Core Stump (CS).

Bahan tanam polibeg berstadia satu payung daun yang diproduksi dengan cara diatas selanjutnya ditanam di pembibitan CS dan dipelihara selama 1,5 s.d 2 tahun, sebelum digunakan sebagai bahan tanam Core stump. Prosedur penanaman dan pemeliharaannya di pembibitan CS secara ringkas diuraikan sebagai berikut :
  1. Lahan untuk pembibitan CS diusahakan bertofografi rata, gembur dan subur.  Tanah dipersiapkan dengan cara mengolah secara mekanis penuh.  Tujuannya adalah agar pertumbuhan tanaman jagur, bebas dari serangan penyakit jamur akar putih, dan menekan pertumbuhan gulma.  Pengolahan tanah yang dilakukan untuk pembibitan CS adalah sebagai berikut :  Pada lahan karet tua, setelah pohon ditumbang dan tunggul dibongkar, dilakukan pengolahan tanah dengan urutan ripper 1, ripper II, luku I dan luku II.  Ripper I dilakukan menyilang tegak lurus dari ripper II.  Kedalaman pengolahan ripper adalah 50 cm.  Pengolahan tanah secara mekanis sangat perlu untuk mencegah serangan penyakit akar JAP.  Resiko terserangnya tanaman dengan JAP di pembibitan CS lebih besar karena populasi per hektar cukup tinggi.  Populasi tinggi akan mempercepat kontak antara akar tanaman karet.  
  2. Pemancangan dilakukan dengan jarak tanam  1,5 x 1 m (mata lima).  Populasi per hektar adalah 6666 pohon.  Lobang tanam dibuat secara manual menggunakan cangkul atau secara mekanis menggunakan Plant Hole Digger dengan ukuran lebar 40 cm, panjang 40 cm dan tinggi 60 cm.  Digunakan sebanyak 210 g fospat alam sebagai pupuk dasar lobang.  
  3. Penanaman polibag berstadia satu payung daun dilakukan  dengan cara memotong dasar polibag terlebih dahulu, lalu tanaman polibag ditanam mengikut sertakan polibeg disekelilingnya.  Tanah galian lobang ditutup kembali dan dilakukan pemadatan seadanya.  Bibir polibag berada diatas permukaan tanah.
  4. Pemeliharaan selama di pembibitan CS adalah penyiangan, pemupukan, penunasan dan pengendalian penyakit.  Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan cangkul, rotasi dua minggu sekali tergantung dari pertumbuhan gulma.  Penyiangan dilakukan sampai tajuk tanaman sudah menutup.  Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanam.  Pada umur 1 bulan digunakan pupuk tunggal ZA 35 g, CRIP 15 g, MoP 5 g dan Kieserit 5 g.  Pada umur 3 bulan dilakukan pemupukan dengan dosis dan jenis yang sama.  Pupuk diaplikasi dengan cara menabur pada jarak 10-15 cm disekeliling pohon.  Untuk mendapatkan batang yang mulus, dilakukan penunasan terhadap tunas-tunas cabang.  Pengendalian penyakit daun terutama pada awal penanaman rutin dilakukan.  Selama 1,5 s.d 2 tahun, bibit dipelihara di pembibitan CS, sebelum dilakukan pemindahan ke lapangan. 
  5. Pemindahan CS dapat dilakukan setelah mencapai umur 1,5 s,d 2 tahun.  Satu minggu sebelum CS ditanam di kebun produksi, dilakukan topping.  Ketinggian topping adalah 3 m untuk CS berumur 2 tahun (batang berwarna coklat sampai 3 m) dan 2 s.d 2,5 m untuk CS berumur 1,5 tahun.  Topping dilakukan secara manual menggunakan gergaji serong, miring 450 arah ke tanah.  Setelah topping, ujung batang dioles dengan penutup luka TB 192.  Untuk mengurangi transpirasi dan mencegah tumbuhnya tunas terlalu banyak, batang dioles dengan larutan kapur dinding.  Pengapuran dilakukan dari dasar batang sampai dengan bawah karangan payung daun terakhir.  Satu minggu setelah topping, dimana tunas sudah mulai membengkak, dilakukan pembongkaran CS.  Pembongkaran dilakukan secara mekanis, dan pada saat pembongkaran satu pekerja memegangi batang supaya tidak roboh atau mencegah rusaknya mata tunas yang tumbuh.  CS yang memenuhi syarat dipindahkan ke lapangan adalah perakaran di polibeg utuh atau tidak pecah, panjang akar tunggang minimal 60 cm.
  6. Bibit CS yang baru dibongkar segera diangkut ke lapangan untuk ditanam kembali di kebun produksi.  Pada saat pengangkutan, akar dibungkus goni plastik untuk menghindari pecahnya kolom tanah pada perakaran.  Karena tunas sudah mulai membengkak, pengangkutan dilakukan secara hati-hati dan bibit disusun berlapis.  Tiap lapis di tutup dengan gedebog pisang untuk menghindari terjadinya gesekan antara tunas.  Penanaman dilakukan sesegera mungkin, setelah bibit CS dibongkar.
  7. Jika dihitung dari sejak penanaman bibit polibeg, penggunaan bibit CS sebagai bahan tanam di lapangan belum nyata dapat mempersingkat masa TBM dibandingkan dengan penggunaan polibeg langsung sebagai bahan tanam di lapangan, tetapi sangat nyata dapat menekan biaya pemeliharaan.  
Proses Pemanenan Core Stum atau APM Karet
Keuntungan penggunaan bibit CS adalah :
  1. Selama 1,5-2 tahun bibit dipelihara pada lokasi yang lebih sempit, yaitu di pembibitan CS, sehingga selama itu pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, penunasan dan pengendalian penyakit lebih terfokus pada lokasi yang sempit.  Konsekwensinya adalah biaya pemeliharaan selama 1,5- 2 tahun dapat lebih ditekan.  
  2. Musim penanaman menjadi lebih longgar karena perakaran utuh pada saat pemindahan ke lapangan.  
  3. Pertanaman lebih homogen di lapangan karena seleksi dan pengelompokan tanaman berdasarkan ukuran lilit batang dapat dilakukan di pembibitan CS (pada saat pemindahan ke lapangan).
  4. Untuk pertanaman yang menggunakan bahan tanam polibag di lapangan, bahan tanam CS sangat cocok dipakai sebagai penyisip tanaman yang mati.  
  5. Pada lokasi yang rawan terhadap gangguan ternak, bahan tanam CS cocok dipakai karena pertajukan terbentuk pada ketinggian yang lebih tinggi.
  6. Pada kondisi dimana kayu karet tua lambat diangkut dari lapangan (a.l karena kapasitas pabrik yang belum memadai), maka penggunaan bahan tanam CS sangat cocok.

Beberapa hal yang penting diperhatikan untuk menjamin keberhasilan penanaman bahan tanam CS adalah :

  1. Kualitas polibag yang digunakan harus yang prima.
  2. Karena bahan tanam polibeg berpayung satu yang akan digunakan untuk pembibitan CS berasal dari okulasi tanaman muda di polibag, maka penyiraman yang intensif selama di pembibitan polibag, juru okulasi yang terampil dan tersedianya kebun entres sebagai sumber mata sisik sangat diperlukan.
  3. Lokasi pembibitan CS sebaiknya dekat dengan areal penanaman.  Diusahakan agar CS yang baru dibongkar dari pembibitan sesegera mungkin langsung ditanam di lapangan.
Proses Pemindahan Core Stum atau APM di lapangan

Resume dari Workshop Seleksi, Standar Mutu dan Penyiapan Berbagai Bentuk BahanTanam Karet

  1. Salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi karet kering per hektar tanaman dan lamanya masa tanaman belum menghasilkan ialah mutu bahan tanam.  
  2. Mutu bahan tanam karet yang diinginkan adalah yang bersifat seragam, hasil tinggi dan pertumbuhan cepat.  
  3. Sifat seragam sangat diperlukan agar pada saat mulai penyadapan, produksi per hektar cukup tinggi.  
  4. Banyak klon yang telah dihasilkan para pemulia tanaman mempunyai sifat sekunder yang unggul dan potensi produksinya dapat mencapai ± 2000 kg karet kering/ha/tahun.  Jika perbanyakan klon tersebut dilakukan secara baik, maka potensi klon akan terwujud secara komersial. 
  5. Penggunaan bahan tanam yang bermutu sesuai dengan standar mutu yang diuraikan diatas dan disertai dengan tindakan kultur tehnis yang optimum sesuai anjuran akan mempersingkat masa tanaman belum menghasilkan 5-9 bulan serta meningkatkan produksi awal (tahun pertama) sebesar 150-500 kg/ha.  
  6. Untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu sesuai dengan standar, tindakan seleksi pada setiap tahap pekerjaan dalam pembangunan pembibitan ( a.l. pengadaan biji, kecambah, bibit batang bawah, mata okulasi, stum mata tidur, dan tanaman polibeg) sangat diperlukan.  
  7. Seleksi akan berhasil baik jika dalam pengadaan bahan tanam tersebut, aspek kultur tehnik telah diterapkan sesuai anjuran. 
  8. Pengawasan yang ketat dalam setiap proses kegiatan dalam pengadaan bahan tanam adalah salah satu kunci penting didalam mendapatkan bahan tanam bermutu.  

Setiap jenis kegiatan tersebut saling terkait dan mempunyai kontribusi yang sama besar.  

DAFTAR PUSTAKA


  1. Aidi-Daslin, S. Woelan dan I. Suhendry.  2009. Bahan Tanam Klon Karet Unggul. Buku Saku. Balai Penelitian Sungei Putih. 40 hal.
  2. Basuki, P. Lubis dan T. Basari.  1980.  Usaha mempertahankan mutu biji karet selama penyimpanan.  Lokakarya Karet 1980.  RRC T. Morawa.
  3. Aidi-Daslin dan Sekar Woelan.  2004.  Klon-klon unggul baru penghasil lateks-kayu.  Kumpulan Makalah Sosialisasi Teknologi pemupukan dan Peningkatkan Produktivitas Tanaman Karet.  Pusat Penelitian Karet.  Balai Penelitian Sungei Putih 2004.
  4. Basuki, U. Nasution, R. Azwar, N. Alwi dan Sy. Ginting.  1993.  Hasil Rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaaan Tanaman Karet 1992.  Monografi Penelitian dan Pengembangan Karet No. 1.  1993. AP3I. Pusat Penelitian Karet.
  5. Gan Lian Tiong.  1989.  Some preliminary results of a study on culling of rootstock to improve growth and yield of  grafted rubber.  The Planter.  65,547-553.
  6. Jayasekera, N.E.M. and T.D.A. Sananayake.  1971.  A study of growth parameter in a population of nursery rootstock seedlings of Hevea brasiliensis. CV Tjir 1. Part One. Q. J.Rubb.Res.Inst.Ceylon. 48,66-81.
  7. Leong, S.K. and P.K. Yoon.  1979.  Effect of buds types on early scion growth of hevea.  J. Rubb. Res. Inst. Malaysia.  27(1),1-7
  8. Madjid, A., Koestoro, M. Suhandre, L. A. Napitupulu dan Poernomo.  1975.  Bahan tanaman untuk peremajaan karet.  Menara Perkebunan.43(5),251-256.
  9. Pusat Penelitian Karet.  2006.  Rekomendasi Klon Karet Periode 2006-2010.  Balai Penelitian Sembawa.  Palembang.
  10. Sananayake, T.D.A., N.E.M. Jayasekera and P. Samaranayake.  1975.  Growth of nursery rootstocks seedlings of Heve brasiliensis Muell Arg. CV Tjir 1.  Part Two. Q. J.Rubb.Res.Inst. Srilangka. 52,29-37.
  11. Siagian, N dan Sunarwidi.  1986.  Penggunaan mata daun dan mata sisik sebagai bahan okulasi.  Warta perkaretan. 5(1), 3-7.
  12. Siagian, N., U. Haris dan Sunarwidi.  1988.  Pengujian jarak tanam pada pembibitan tanaman karet.  Warta perkaretan.  5(1), 13-15.
  13. Siagian, N., S. Harahap dan Sunarwidi.  1988.  Pengaruh diameter batang bawah terhadap pertumbuhan awal tunas okulasi.  Bull. Perkaretan. 5(2), 40-43.
  14. Siagian, N.  1993.  Penggunaan batang bawah yang jagur untuk mempersingkat masa TBM dan meningkatkan produksi tanaman karet.  Warta Perkaretan, 12(2), 30-34.
  15. Siagian, N., U. Nasution dan Zahari-Husny.  1996.  Pengadaan Stum Okulasi Bermutu untuk Mempersingkat Masa TBM dan Mewujudkan Potensi Produksi Klon Karet.  Warta Pusat Penelitian Karet,15(2),78-86.
  16. Sumarmadji dan R. Azwar.  1994.  Identifikasi dini bibit karet palsu.  Dok. No. 9476/Agr/Krt.  Pusat Penelitian karet Sungei Putih.
Rangkuman hasil Workshop Karet

Standar Penanaman Karet 





0 Response to "Tata Cara Penyiapan Bahan Tanam Stum Tinggi Tanaman Karet Hevea brassiliensis"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel