google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Sejarah Populasi yang dinamis di Wallacea - PLANTER AND FORESTER

Sejarah Populasi yang dinamis di Wallacea

Seri Pengetahuan 

Sejarah Populasi yang dinamis di Wallacea
Dua Arus Besar Pembauran, Populasi di Wallacea


Wallacea adalah kawasan biogeografis yang mencakup sekelompok pulau-pulau dan kepulauan di wilayah Indonesia bagian tengah, terpisah dari paparan benua-benua Asia dan Australia oleh selat-selat yang dalam. Nama Wallacea sendiri diambil dari seorang naturalis Alfred Russel Wallace  yang telah mendeskripsikan batas-batas biologis kawasan zoogeografis yang dikenal sebagai Garis Wallace.

Alfred Russel Wallace OM FRS (lahir 8 Januari 1823 – meninggal 7 November 1913 pada umur 90 tahun) adalah naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan ilustrator berkebangsaan Inggris yang mencetuskan teori evolusi lewat seleksi alam. Makalah yang ia tulis mengenai pokok bahasan tersebut terbit berbarengan dengan sejumlah karya tulis Charles Darwin pada tahun 1858

Wallace menyadari ada perbedaan karakteristik antara hewan-hewan di Kalimantan dan Sulawesi dan di Bali dan Lombok, meskipun pulau-pulau tersebut berdekatan. Ia mengajukan teori bahwa ada garis tak kasatmata yang membujur antara Kalimantan dan Sulawesi dan Bali dan Lombok, yang memisahkan fauna dari pulau-pulau tersebut.

Wallace banyak melakukan penelitian lapangan, pertama-tama di basin Sungai Amazon dan kemudian di Kepulauan Melayu (Nusantara), di mana ia mengidentifikasi pembagian fauna yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace. Garis tersebut membagi kepulauan Indonesia menjadi dua bagian yang berbeda: bagian barat di mana sebagian besar faunanya berasal dari Asia, dan bagian timur di mana faunanya mencerminkan Australasia.

Peneliti menemukan sejarah populasi yang dinamis di Zona Wallacea. Terjadi perubahan pola genetik yang ekstensif di kawasan itu sekitar 15.000 tahun lalu dan 3.000 tahun lalu

Migrasi populasi ke Pulau Papua telah terjadi sejak 50.000 tahun lalu dengan menyeberangi pulau-pulau di Zona Wallacea. Namun, penghunian setelahnya
belum banyak diketahui karena minimnya tinggalan arkeologis.

Kajian genetika terbaru menunjukkan, terjadi perubahan pola genetik yang ekstensif dikawasan Wallacea sekitar 15.000 tahun lalu dan 3.000 tahun lalu karena kedatangan kelompok migran baru.

Kajian terbaru tentang penghunian di Wallacea dan Papua ini dipublikasikan peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan tim internasional di jurnal Genes pada 24 Juni 2021. Peneliti Eijkman yang juga mahasiswa doktoral di University of Adelaide, Gludhug Ario Purnomo, menjadi penulis pertama artikel ini. Penulis lain di antaranya Wakil Kepala Lembaga Eijkman Herawati Supolo Sudoyo dan peneliti Eijkman, Leonard Taufik.
Kepulauan Wilayah Wallace

Kepulauan Wallacea, meliputi Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, serta Nusa Tenggara Timur, diketahui sebagai pulau-pulau yang tidak pernah bergabung dengan daratan besar. Zona kepulauan yang dikelilingi perairan purba
ini memisahkan paparan Sunda, yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, yang menyatu dengan daratan Asia, dengan Paparan Sahul meliputi Papua dan Australia yang masih menyatu saat permukaan laut mencapai titik terendah sekitar 50.000 tahun lalu.

Sejumlah bukti arkeologis di Australia telah menemukan adanya fosil manusia modern (Homo sapiens) dari Afrika berumur sekitar 50.000 tahun. Ini memicu hipotesis bahwa pada periode itu, manusia telah menyeberangi Zona Wallacea
hingga ke Papua, yang kala itu masih menjadi bagian dari Paparan Sahul. Meski demikian, penelitian sejarah populasi di Wallacea sangatterbatas karena
bukti-bukti penghunian kebanyakan baru ada setelah ke datangan pelautAustronesia sekitar 3.000-4.000 tahun yang lalu.

”Untuk menjelaskan sejarah Wallacea yang lebih dalam dan hubungannya dengan Papua (New Guinea) danAustralia, kami melakukan analisis filogenografi pada 656 mitogenom utuh dari tiga wilayah ini. Termasuk 186 sampel baru dari delapan pulau di Wallacea dan tiga populasi di Papua”, tulis Gludhug.

Hasilnya, Gludhug dan tim menemukan adanya sejarah populasi yang dinamis di Wallacea. ”Ditandai dengan dua periode perubahan demografis yang ekstensif terkonsentrasi di sekitar Maksimum Glasial Terakhir sekitar 15.000 tahun lalu
dan kontak pasca-Austronesia sekitar 3.000 tahun lalu,” katanya.

Temuan ini menunjukkan adanya tiga gelombang penghunian di kawasan Wallacea. Pertama, saat migrasi 50.000 tahun lalu, yang sebagian kemudian melanjutkan perjalanan ke Papua dan Australia. Kedua, periode sekitar 15.000 ta-
hun lalu, dan ketiga sekitar 3.000 tahun lalu. ”Dari temuan ini, juga ada kemungkinan adanya migrasi balik dari Papua ke Wallacea,” ujar Gludhug.

Selain itu, juga ditemukan adanya bauran Austronesia pada populasi Papua saat ini. Ini misalnya ditemukan di Sorong, Papua Barat, yang memiliki bauran genetika Austronesia sekitar 40 persen dan di Keerom sekitar 6 persen. ”Tetapi, di Mappi kami tidak menemukan jejak genetika Austronesia,” ujarnya.

Garis Wallaceae dan Garis Lydekker -  Sumber Kompas 
Rute migrasi Herawati mengatakan, kajian ini merupakan awal dari studi besar untuk merekonstruksi pemahaman tentang populasi di Wallacea dan Papua. ”Sampai saat ini demografi maupun sejarah evolusi populasi Papua dan migrasinya melalui daerah Wallacea masih minim diketahui. Termasuk juga bagaimana adaptasi mereka saat melalui kepulauan,” katanya.

Penelitian kali ini merupakan kolaborasi dengan Australian Centre for Ancient DNA
(ACAD). Tujuannya menentukan rute migrasi oleh penghuni pertama ke Paparan Sahul, melalui rute utara dan selatan.

”Sejauh ini kita masih buta tentang gambaranDNAleluhur pada rute tersebut. Inilah yang membuat kami belakangan mulai mengumpulkan DNA populasi di Sulawesi Tengah, Banggai, hingga Raja Ampat di Papua,” katanya.

Penelitian berikutnya akan melihat bauran manusia modern di kawasan ini dengan
manusia purba. Sebelumnya ada indikasi bahwa bauran gen Denisovan di Papua paling tinggi dibandingkan populasi lain di dunia. Dugaannya, genom ma-
nusia purba ini memiliki dampak terhadap berbagai kelainan medik. Di sisi lain, ada dugaan gen ini berhubungan dengan respons imun. 

Informasi mengenai Alfred Russel Wallace alias Wallacea,  Pada tahun 1854–1862, saat usianya 31–39 tahun, Wallace menjelajah berbagai wilayah di Kepulauan Melayu atau Hindia Timur (sekarang Singapura, Malaysia, dan Indonesia) untuk mengumpulkan spesimen-spesimen agar dapat dijual dan untuk mempelajari sejarah alam. Satu set 80 kerangka burung yang ia kumpulkan di Indonesia dan dokumentasi yang terkait dengannya dapat dilihat di University Museum of Zoology di Universitas Cambridge.

Pengamatannya tentang perbedaan zoologi yang mencolok di seberang sebuah selat kecil di kepulauan tersebut membuatnya mengusulkan batas wilayah geografi hewan yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace atau Wallace Line.

Wallace mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen di Kepulauan Melayu (termasuk lebih dari 80.000 kumbang). Beberapa ribu darinya mewakili spesies baru dalam ilmu pengetahuan pada saat itu. Selama perjalanan ini, salah satu deskripsi spesies darinya yang banyak dikenal adalah katak pohon yang dapat terbang meluncur (Rhacophorus nigropalmatus), yang dikenal sebagai katak terbang Wallace. 

Ketika ia sedang menjelajahi Kepulauan Melayu, ia mempertajam pemikirannya mengenai evolusi dan mendapatkan wawasannya yang terkenal tentang seleksi alam. Pada tahun 1858, ia mengirimkan sebuah artikel kepada Darwin yang berisikan uraian teorinya; artikel tersebut lalu diterbitkan, bersama-sama dengan suatu penjelasan dari teori Darwin sendiri, pada tahun yang sama.

Penjelajah Venesia Antonio Pigafetta telah mencatat kontras biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku (Kepulauan Rempah-rempah) (di sisi berlawanan dari garis) pada tahun 1521 selama kelanjutan pelayaran Ferdinand Magellan, setelah Magellan terbunuh di Mactan.

Selain itu, seperti dicatat oleh Wallace sendiri, pengamatan perbedaan fauna antara kedua wilayah telah dilakukan sebelumnya oleh navigator Inggris George Windsor Earl. Dalam pamflet Wallace On the Physical Geography of South-Eastern Asia and Australia, diterbitkan pada tahun 1845, ia menggambarkan bagaimana laut dangkal menghubungkan pulau-pulau di barat (Sumatera, Jawa, dll.) dengan benua Asia dan dengan satwa liar serupa, dan pulau-pulau di timur seperti New Guinea terhubung ke Australia dan dicirikan oleh kehadiran hewan berkantung.

"all the islands eastward of Borneo and Java formed part of an Australian or Pacific Continent, from which they were separated."

Wallace menggunakan perjalanannya yang luas di wilayah itu untuk mengusulkan garis ke timur Bali karena "semua pulau di timur Kalimantan dan Jawa merupakan bagian dari Benua Australia atau Pasifik, dari mana mereka dipisahkan."

Nama  'Wallace's Line' atau 'Garis Wallace' pertama kali digunakan oleh Thomas Huxley dalam makalah tahun 1868 untuk Zoological Society of London, tetapi menunjukkan garis di sebelah barat Filipina. Studi Wallace di Indonesia menunjukkan munculnya teori evolusi, pada waktu yang hampir bersamaan dengan Joseph Dalton Hooker dan Asa Gray menerbitkan esai yang juga mendukung hipotesis Darwin

Pemahaman tentang biogeografi wilayah berpusat pada hubungan permukaan laut purba dengan landas kontinen. Garis Wallace terlihat secara geografis ketika kontur landas kontinen diperiksa; itu dapat dilihat sebagai saluran air dalam yang menandai tepi tenggara Paparan Sunda yang menghubungkan Kalimantan, Bali, Jawa, dan Sumatera di bawah air ke daratan Asia Tenggara. Australia juga dihubungkan oleh Sahul Shelf ke New Guinea. 

Batas biogeografis yang dikenal sebagai Garis LydekkerLydekker's Line , yang memisahkan tepi timur Wallacea dari wilayah Australia, memiliki asal yang mirip dengan garis Wallace.

Selama kemajuan glasial zaman es, ketika permukaan laut lebih rendah 120 meter (390 kaki), baik Asia dan Australia bersatu dengan apa yang sekarang menjadi pulau-pulau di landas kontinen masing-masing sebagai massa daratan yang berkelanjutan, tetapi perairan dalam di antara dua pulau besar daerah landas kontinen, selama lebih dari 50 juta tahun, merupakan penghalang yang membuat flora dan fauna Australia terpisah dari Asia. Wallacea terdiri dari pulau-pulau yang tidak baru-baru ini dihubungkan oleh daratan kering ke salah satu daratan benua, dan dengan demikian dihuni oleh organisme yang mampu melintasi selat antar pulau. "Garis Weber"  - "Weber's Line"  melintasi daerah peralihan ini (ke timur tengah), pada titik kritis antara dominasi spesies Asia terhadap spesies asal Australia.

Dapat disimpulkan bahwa itu adalah penghalang laut yang mencegah migrasi spesies karena aspek fisik pulau-pulau yang terpisah sangat mirip. Spesies yang hanya ditemukan di sisi Asia termasuk harimau dan badak, sedangkan marsupial dan monotremata hanya ditemukan di sisi timur Garis

Sumber Kompas, 26 Juni 2021.


0 Response to "Sejarah Populasi yang dinamis di Wallacea"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel