google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Klon Kakao Unggul dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia - PLANTER AND FORESTER

Klon Kakao Unggul dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Seri Perkebunan

Klon Kakao Unggul, Theobroma cacao
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Breeding di Tanaman Kakao, Theobroma cacao untuk memperoleh Klon Unggul

Kakao merupakan salah satu unggulan Perkebunan Indonesia yang sudah sangat dikenal.

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Pada tahun 2011, Indonesia masuk tiga besar pengekspor biji kakao terbesar dunia dengan produksi biji kering 550.000 ton setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi berturut-turut 1.242.000 ton dan 662.000 ton (ICCO 2011). Areal dan produksi kakao Indonesia meningkat pesat pada dekade terakhir dengan laju 5,99% per tahun (Ditjenbun 2009). Sentra produksi nasional kakao Indonesia adalah daerah Sulawesi yang meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.

Perkebunan Kakao, Theobroma cacao yang dirawat dengan baik
Peluang pengembangan kakao terkendala dengan permasalahan yang dihadapi petani kakao Indonesia antara lain serangan Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT), penurunan tingkat produktivitas, rendahnya kualitas biji kakao dan budidaya tanaman yang kurang tepat. Produktivitas biji kering hanya berkisar 750 kg/ha/th, jauh dari tingkat produksi yang diharapkan sebesar 1.250 kg per ha/tahun. Pada perkebunan rakyat penurunan produktivitas kakao diduga akibat penggunaan mutu benih yang rendah.

Penggerek Buah Kakao, Cacao Pod Borer, Conopomorpha clamerela salah satu hama yang menurunkan produksi kakao Indonesia
Pengembangan kakao di Indonesia didukung pemerintah melalui program Gernas Kakao oleh Kementerian Pertanian, terutama keterkaitannya dengan program rehabilitasi, intensifikasi dan peremajaan. 

Program ini diarahkan untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman kakao di Indonesia. Peningkatan produksi dan perbaikan mutu kakao dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. 

Penerapan kedua program tersebut memerlukan tersedianya bibit dan benih kakao unggul, sehingga pengembangan kultivar atau klon kakao unggul secara terprogram perlu segera dilakukan.

Klon kakao Sulawesi 2 yang dirilis oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember
Arah pemuliaan kakao saat ini ditujukan untuk mengembangkan kultivar unggul dengan sifat-sifat antara lain daya hasil tinggi, kualitas biji yang bermutu tinggi serta ketahanan terhadap hama (penggerek buah kakao) dan penyakit utama seperti busuk buah kakao (Phytophthora palmivora) dan vascular streak dieback (Iswanto dan Winarno 1992). 

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan informasi yang akurat tentang keragaman genetik plasma nuftah kakao yang akan dipilih sebagai tetua.

Berikut Klon Kakao Unggul yang sudah direlease oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang ada di Jember, jawa Timur, Indonesia, yaitu :

  1. Sulawesi 01
  2. MCC 01
  3. Sulawesi 02
  4. MCC 02
  5. ICCRI 03
  6. ICCRI 07
  7. ICCRI 04
  8. Sulawesi 03


Derail dari masing masing Klon Kakao Unggul dapat dibaca di Brosure yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.




Tipe Pertumbuhan Klon Unggul kakao asal bibit dari Somatic Embrio Genesis 

Klon Kakao Unggul

Kakao merupakan komoditas utama sub sektor perkebunan yang berperan sebagai sumber devisa negara, sumber lapangan kerja dan sebagai konservasi tanah dan air. Budidaya kakao menghadapi banyak kendala di lapangan, antara lain penyakit dan hama tanaman yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas
produksi kakao. 

Hama penggerek buah kakao (PBK) saat ini merupakan hama utama tanaman kakao di Indonesia. Penyakit utama pada tanaman kakao di Indonesia adalah penyakit busuk buah (black pod) yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora dan VSD (Vascular Straek Dieback). 

Penyakit yang sama juga diketahui menyerang tanaman kakao di berbagai negara penghasil kakao. Secara umum, besarnya kerugian antara 20-30% per tahun dapat terjadi akibat infeksi penyakit busuk buah pada pertanaman kakao di lapangan (Wood & Lass 1985). 

Berdasarkan data tahun 1997 dilaporkan infeksi penyakit busuk buah menyebabkan menurunnya total kakao dunia hingga sebesar 44 %/tahun (Van der Vossen 1997).

Tanaman kakao mempunyai nama ilmiah Theobroma cacao L., anggota dari familia Sterculiaceae (Tjitrosoepomo 1988). Kakao merupakan tanaman diploid yang mempunyai jumlah kromosom 20 (2n = 2x = 20). Ukuran genom kakao relatif kecil sekitar 0,43 x 109  bp sangat mirip dengan genom  padi. 

Dengan demikian berdasar ukuran genomnya tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan model untuk studi genomik. Sekuen acuan untuk beberapa genom kakao telah tersedia dan dapat diakses. 

Berdasar sekuen genom acuan ini, genom kakao mengandung sekitar 28.798 gen (Argout et al. 2011). Kakao termasuk jenis tanaman asli hutan hujan tropis Amerika Selatan. Diperkirakan kakao berasal dari hulu sungai Amazon, tempat Theobroma dan jenis sekerabatnya terdapat dalam populasi yang paling besar. Tanaman kakao tersebut merupakan satu-satunya species diantara 22 jenis dalam genus Theobroma yang diusahakan secara komersial. 

Sistematika tanaman kakao secara lengkap dapat diklasifikasikan

dalam taksa-taksa sebagai berikut: 

Divisio       : Spermatophyta, 
Sub divisio : Angiospermae, 
Kelas         : Dicotyledoneae, 
Ordo          : Malvales, 
Familia       : Sterculiaceae, 
Genus        : Theobroma, 
Species      : Theobroma cacao L. (Cheesman 1944).

  1. Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang berarti mempunyai dua macam bentuk pertumbuhan batang, yaitu pertumbuhan batang utama yang bersifat ortotrop yang tumbuh tegak dengan rumus daun 3/8, dan pertumbuhan ke samping seperti cabang primer disebut plagiotrop, mempunyai rumus daun 1/2 (Prawoto 1991). 
  2. Bentuk buah kakao bervariasi, dari bulat ke lonjong dan meruncing dengan permukaan yang halus sampai kasar. 
  3. Permukaan buah kakao mempunyai alur primer dan alur sekunder. Sering kali alur sekunder tidak tampak.
  4. Permukaan buah kakao berlilin, kaku (rigid), mempunyai rambut-rambut tegak dan mulut kulit yang agak terangkat (Cuatrecasas 1964). 
  5. Bentuk buah kakao tersebut antara lain: amilonado, cundeamor, angoleta, calabasilo, criolo dan pentagona.
Benih Theobroma cacao

0 Response to "Klon Kakao Unggul dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel