google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Konsumsi Buah di Indonesia Rendah dan Faktor Ketersediaan Buah - PLANTER AND FORESTER

Konsumsi Buah di Indonesia Rendah dan Faktor Ketersediaan Buah

Seri Informasi

Konsumsi Buah di Indonesia Rendah 

dan Ketersediaan Buah 

Hari Buah Internasional, International Fruit Day

Buah Durian, King of Fruit yang senantiasa menjadi idola, Plaza Durian
Membaca artikel Kompas edisi 1 Juli 2021, sangat menggelitik nalar saya.  Kenapa Konsumsi Buah di Indonesia Rendah?

Aneka Buah yang siap disantap

Konsumsi Buah di Indonesia
Indonesia adalah penghasil buah buahan yang sangat luar biasa, karena kapanpun  bisa menanam dan memanen buah, meskipun dengan musim yang berbeda.

Pedagang Buah Jambu Biji, Psidium guajava di Rawa Lumbu Bekasi, yang sedang menuggu pelanggan.  Satu kilo Jambu Biji dijual Rp. 20.000  
 
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan, tingkat konsumsi buah Indonesia tergolong masih rendah, yaitu berkisar 32,4 kilogram per kapita per tahun. Kondisi ini menunjukkan konsumsi buah di Indonesia jauh dari standar ideal, sekitar 73 kilogam per kapita per tahun.  

Konsumsi buah Indonesia, Sumber Kompas 1/07/2021


Pedagang Pisang di jembatan 7 Rawa Lumbu yang sabar menunggu pembeli.  Pisang Kepok dihargai 15.000 - 20.000 per sisir dan pisang lain juga tersedia.

Konsumsi buah sangatlah penting, terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.  Kecukupan asupan buah diperlukan bagi tubuh untuk meningkatkan imunitas. Rendahnya konsumsi buah di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari aspek perekonomian yang berujung pada prioritas pengeluaran, pengetahuan akan manfaat buah, hingga kondisi suplai buah yang belum merata untuk didapatkan oleh masyarakat.

Pengeluaan bahan pangan menurut Jenis, Sumber Kompas 1/07/2021

Banyak buah bertebaran di mana mana, makanya, kalau tingkat konsumsi masih rendah di Indonesia itu suatu hal yang aneh.

Pedagang Buah, di Pasar Rawa Lumbu yang sedang melakukan sortir buah sebelum dijual ke Konsumen

Buah berlimpah, dan harganya trjangkau kecuali kalau buah tidak ada dan harganya mahal. 

Buah Indonesia adalah Buah Tropika

Buah tropika merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik ditinjau dari sektor kesehatan maupun ekonomi. 

Pada sektor kesehatan, buah mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan guna mendukung kesehatan masyarakat seperti kandungan vitamin, mineral, bahkan anti oksidan. Pada sektor ekonomi, agribisnis komoditas buah mampu memberikan alternatif pendapatan yang cukup menjanjikan bahkan memberikan kontribusi yang nyata pada PDB sektor hortikultura. Pada tahun 2014, total produksi buah mencapai 18.288.279 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 210.355.414 dan berkontribusi sebesar 52,6% pada PDB sektor hortikultura. Kekuatan perbuahan Indonesia saat ini adalah ketersediaan sumberdaya genetik/plasmanutfah dan varietas unggul baru (VUB), daya adaptasi buah yang cukup luas, tersedia hampir sepanjang tahun, serta nilai komersial buah tropika cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas pertanian yang lain. 

Buah Rambutan, Neppheleum lappaceum, buah yang diincar oleh bangsa Eropa dan Amerika karena kelezatannya. Harusnya Indonesia bangga memiliki rambutan.

Selain itu ada beberapa isu yang menempatkan buah sebagai komoditas penting pertanian terutama mendukung swasembada pangan dan kesehatan masyarakat. Isu menipisnya ketersediaan minyak bumi memberikan peluang positif terhadap perkembangan perbuahan. 

Hal ini terjadi karena dua hal, yaitu dimanfaatkannya komoditas lain (seperti jagung) sebagai sumber energi terbarukan sehingga kebutuhan pangan dari sumber tersebut dapat digantikan oleh buah. Beberapa komoditas buah tropika memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan dapat digunakan sebagai alternatif pemasok karbohidrat dan kalori. 

Pencanangan program penganeka ragaman pangan menempatkan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Isu kesehatan menempatkan buah sebagai pemasok nutrisi dan bahan obat. Walaupun demikian buah tropika masih mengalami kendala dalam proses perdagangan karena memiliki daya saing yang rendah baik di pasar domestik maupun internasional. Penyebabnya adalah kuantitas dan kualitas produksi maupun kontinyuitas suplai masih belum optimal. 

Daya saing Indonesia di tingkat dunia berada pada posisi nomor 38 dari 135 negara sedangkan di tingkat ASEAN berada diperingkat 5. Selain permasalahan daya saing, beberapa isu dan permasalahan dunia yang sedang berkembang saat ini diperkirakan akan mempengaruhi perkembangan agribisnis buah tropika baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Mangga, Buah Kebanggan Indonesia. Manalagi, Indramayu, Harum manis dll yang rasanya sangat nikmat

Isu dan permasalahan tersebut adalah 
  • (a) perubahan iklim global, berpengaruh pada perubahan fenologi tanaman, bionomi hama dan epidemi penyakit. Selain berdampak negatif pada peledakan beberapa organisme pengganggu tanaman dan pertumbuhan tanaman yang optimal, situasi tersebut juga menguntungkan pada perbungaan tanaman sehingga peluang untuk menghasilkan buah di luar musim semakin besar, 
  • (b) liberalisasi pasar global seperti pemberlakuan Asean Free Trade Area (AFTA) dan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) bagi negara anggota Asean, perjanjian perdagangan Indonesia – Cina, serta Masyarakat Ekonomi Asean. Hal ini mengakibatkan persaingan pasar buah semakin tinggi sehingga memerlukan jaminan mutu dan kontinyuitas ketersediaan produk, 
  • (c) kebijakan lingkungan makro yang belum sepenuhnya berpihak terhadap perkembangan buah dan hortikultura pada umumnya, 
  • (d) tumbuh-kembangnya negara-negara produsen baru dengan program penelitian dan pengembangan masing-masing yang dapat menjadi negara pesaing 
  • (e) krisis ketersediaan pangan, ketersediaan energi, krisis keuangan. Adanya permasalahan dan isu-isu internal dan global ini menjadi tantangan ke depan yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan peran agribisnis buah tropika sebagai sektor yang mampu bersaing dan memberikan kontribusi nyata meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara.

Konsumsi Buah Indonesia

Data berikut adalah  Rata-rata Konsumsi Per Kapita Seminggu Menurut Jenis Komoditi Makanan Kelompok Buah-buahan (Kilo gram) di Kota Sukabumi.

Jenis komoditi buah-buahan
Tahun
2019
Buah-buahan-
Jeruk0,137
Mangga0,016
Apel0,0208
Rambutan0,0622
Duku,langsat0,0664
Durian0,0139
Salak0,0136
Pisang ambon0,0875
Pisang lainnya0,0595
Pepaya0,0732
Semangka0,0204
Tomat buah0,0043
Bauh-buahan lainnya0,0894
Sumber: BPS-Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Source Url: https://sukabumikota.bps.go.id/indicator/5/192/1/rata-rata-konsumsi-per-kapita-seminggu-menurut-jenis-komoditi-makanan-kelompok-buah-buahan.html

Pedagang Pisang di Pasar Tanah Merah Narogong menunggu pelanggannya sambil minum kopi.  Pisang dijual mulai harga Rp. 15.000 per sisir hingga Rp. 40.000.  Harga yang sangat terjangkau dan layak untuk konsumen buah. 

Sebagai sumber makanan, buah merupakan makanan yang sehat dan sangat cocok untuk yang diet lemak.  Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan bahwa buah sangat cocok dikonsumsi oleh mereka yang sedang diet.

Ketersediaan Lemak per Kapita Menurut Kelompok Bahan Makanan (Gram)
Kelompok Bahan Makanan
Dalam Satuan (Gram)
201420152016
Padi-Padian12,8213,1112,87
Makanan Berpati1,0510,87
Gula0,320,310,31
Buah/Biji Berminyak15,3415,2611,5
Buah-Buahan0,440,470,44
Sayur-Sayuran0,330,30,32
Daging4,834,955,03
Telur1,61,711,76
Susu1,351,370,53
Ikan1,691,831,85
Minyak dan Lemak23,0616,6743,33
Jumlah63,6357,8179,64
Sumber: Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia
Source Url: https://www.bps.go.id/indicator/5/669/1/ketersediaan-lemak-per-kapita-menurut-kelompok-bahan-makanan.html

Selain itu ketersediaan Kalori per kapita menurut kelompok makanan dalam satuan KKal, buah hanya menyumbang sekitar 70 KKal atau sekitar 1.79% dari total kalori.

Pedagang Jambu Air di pasar Rawa Lumbu, dengan harga Rp. 15.000 per kg dan sangat terjangkau

Artinya makan Buah sangat menyehatkan dan tidak membebani tubuh apalagi disaat kelebihan asupan kalori.

Ngemil buah sangat disarankan dibandingkan ngemil biji bijian atau cemilan dengan karbohidrat tinggi. 

Ketersediaan Kalori per Kapita Menurut Kelompok Bahan Makanan (KKal)
Kelompok Bahan Makanan
Dalam (KKal)
201220132014
Padi-Padian2 2952 2382 201
Makanan Berpati288274272
Gula205234222
Buah/Biji Berminyak236217212
Buah-Buahan707174
Sayur-Sayuran323436
Daging505262
Telur212223
Susu252319
Ikan7675101
Minyak dan Lemak440644910
Jumlah3 7373 8824 130
2010: Angka diperbaiki
2012: Angka sementara
2013: Angka perkiraan
Sumber: Dikutip dari Publikasi Neraca Bahan Makanan Indonesia, BPS-Kemen
Source Url: https://www.bps.go.id/indicator/5/59/1/ketersediaan-kalori-per-kapita-menurut-kelompok-bahan-makanan.html
Buah Pisang, sumber kalori yang baik dan menyehatkan badan

Mengapa Perkebunan Buah di Indonesia tidak Berkembang

Perkebunan tersebar Jadi Kendala  Lokasi budidaya buah yang tidak terkonsentrasi di Indonesia menjadi kendala signifikan untuk mengembangkan sektor buah-buahan. Jarak antar-perkebunan itu menyebabkan penyerapan komoditas, terutama untuk ekspor, tidak optimal.

Perkebunan Durian didaerah Serpong yang cukup berhasil dan mendatangkan pundi pundi meskipun memerlukan perawatan yang tidak mudah

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. 

Perkebunan Durian yang cukup menjanjikan

Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan. Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan.

Sambil berkebun salak dan sambil bekerja, mengumpulkan dan menanam sedikit demi sedikit salak unggulan dari berbagai daerah 

Untuk mengembangkan Buah, di Indonesia ada balai yang khusus mempelajari dan mengembangkan Buah Tropika, namanya Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu Tropika) adalah satu-satunya institusi penelitian buah tropika Pemerintah di bawah Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, sehingga mandat kegiatan penelitiannya bersifat nasional.

Sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Buah mengalami penataan organisasi dengan perubahan nomenklatur menjadi Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 10/Permentan/ OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 dengan lingkup kegiatan:

  1. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan dan perbenihan tanaman buah tropika;
  2. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasmanutfah tanaman buah tropika;
  3. Pelaksanaan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman buah tropika;
  4. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman buah tropika;
  5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman buah tropika;
  6. Penyiapan kerjasama informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman buah tropika Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Perkebunan nangka yang cukup menjanjikan
Selanjutnya untuk pengembangan buah di Hari Buah Internasional, Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto di Jakarta, pertengahan Juni 2021, perkebunan buah yang tak terpadu turut berdampak terhadap permintaan ekspor yang belum semuanya dapat dipenuhi. Prihasto berkali-kali didatangi pelaku ekspor yang mengeluhkan sulitnya mencari buah tertentu. Mereka yang ingin mengekspor datang ke kabupaten penghasil buah itu. ”Kalau pelaku usaha mencari alpukat satu kontainer dalam seminggu, umpamanya, susah minta ampun,” katanya.

Perkebunan Nangka
Beragam kendala berikut potensi buah-buahan mendorong Kompas mengadakan Jelajah Buah Nusantara. Hasil liputan dengan tulisan-tulisan komprehensif itu akan disajikan pada Minggu (4/7/2021) sekaligus memperingati Hari Buah Internasional pada 1 Juli.

Buah memang tersedia, tetapi harus dikumpulkan karena perkebunannya terlalu menyebar luas. Jika buah tak ditanam terkonsentrasi, kontinuitas dan rasanya pun belum tentu seragam. Biaya untuk mengumpulkan buah di desa atau kecamatan yang berbeda-beda juga cukup besar. ”Pengembangan buah-buahan harus terkonsentrasi. Pemecahan masalah tersebut diupayakan dengan kampung hortikultura,” ucapnya.

Kampung yang memiliki perkebunan sayuran, buah-buahan, tanaman obat, dan florikultura tersebut juga bertujuan menggenjot produksi. ”Pada tahun 2021, 782 kampung buah-buahan diinisiasi. Terdiri dari durian, alpukat, lengkeng, manggis, mangga, jeruk, dan pisang,” kata Prihasto.

Pada 2022, Kementan akan meningkatkan jumlah itu menjadi sekitar 1.000 kampung buah-buahan. ”Pada tahun ini, kami pun menyiapkan 200 rumah pengemasan dan 200 pengolahan buah-buahan yang tersebar di sekitar kampung itu,” ucapnya.

Petani kampung itu dibantu, antara lain, dengan bibit, benih, dan sarana pengendalian hama dan penyakit. Luas lahan per kampung sekitar 10 hektar. Kementan juga memberlakukan registrasi untuk mencatat lokasi, jenis, dan jumlah buah yang tersedia. 

Pedagang Buah di Pasar Rawa Lumbu yang sedang membersihkab buah

Pendataan itu didukung Indonesia Map of Fruit Center atau I-Mo-fc, platform aplikasi sentra buah berbasis Android yang menghubungkan petani dengan eksportir dan konsumen. Kerja sama Direktur Corporate Affairs PT Great Giant Pineapple Welly Soegiono membenarkan bahwa lokasi perkebunan yang tak terkonsentrasi masih jadi kendala.

Perkebunan buah umumnya tersebar sehingga keseragaman rasa, ukuran,fisik, dan budidaya belum mudah direalisasikan. Welly menjelaskan, kerja sama dengan petani lokal dapat  menghasilkan produk yang diekspor. Program itu sekaligus merealisasikan pemecahan masalah konsentrasi dengan perkebunan pisang di Kabupaten Tanggamus, Lampung.


Pedagang Nanas Madu Pemalang di Rawa Lumbu bekasi, transaksi dengan pelanggannya dengan harga Rp. 20.000 per kantoing isi 2 buah.

”Disertai peningkatan kapasitas dan pendampingan petani sehingga cita rasa buahnya khas. Buah yang diekspor langsung dari petani 100 persen,” ucapnya. Kemitraan yang disebut creating shared value itu bertujuan mengaplikasikan pertanian yang baik (good agriculture practices). Welly juga mengungkapkan kendala ekspor nanas ke China. Upaya menembus negara itu sudah dilakukan sejak tahun 2015. Perundingan kedua negara harus lebih intens. ”Saat pandemi, ekspor bisa mendukung petani, tetapi pasar harus dibuka dulu,” katanya.

Menurut Ketua Komite Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia Karen Tambayong, peningkatan produksi program kampung buah dapat memenuhi kebutuhan skala rumah tangga hingga kabupaten.

Namun, jika peningkatan produksi berorientasi pada kenaikan ekspor, pengembangan buah-buahan mesti berada di skala kawasan atau orchard agar efisiensi dan efektivitas pengelolaan, seperti pengendalian kualitas, penanggulangan hama, dan pengemasan, dapat bermuara pada produk yang harganya berdaya saing. ”Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai impor buah-buahan pada tahun 2020 sebesar Rp 18,43 triliun, sedangkan ekspornya Rp 13,5 triliun. Artinya, masih defisit,” katanya.

Ayo mari kita dukung pengembangan buah lokal Indonesia untuk menjadi buah konsumsi masyarakat Indonesia dan jangan sampai kalah dengan buah buahan impor.

Semoga Buah Indonesia semakin dikenal di dunia.

Sumber : 
Badan Pusat Statistik
Balai Pusat Penelitian Buah Tropika
Kompas, 1 Juli 2021
Dokumentasi Pribadi




0 Response to " Konsumsi Buah di Indonesia Rendah dan Faktor Ketersediaan Buah"

Post a Comment

Arsip Blog

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel