google.com, pub-6935017799501206, DIRECT, f08c47fec0942fa0 BEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA KOPI ARABIKA DAN TEKNOLOGI ALTERNATIF KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA DENGAN PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN - PLANTER AND FORESTER

BEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA KOPI ARABIKA DAN TEKNOLOGI ALTERNATIF KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA DENGAN PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN



BEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA KOPI ARABIKA DAN TEKNOLOGI ALTERNATIF KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA DENGAN PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN


PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini pemerintah sedang menggalakkan program pengembangan kopi Arabika untuk meningkatkan nilai ekspor komoditas kopi, khususnya di areal kopi robusta yang memenuhi persyaratan agroklimatnya. Lahan kopi Robusta yang memenuhi persyaratan untuk pengembangan kopi Arabika adalah areal yang terletak pada ketingian di atas 700 m dpl. atau lebih.

Kebun Kopi Arabica
Aspek teknik budidaya kopi meliputi pemilihan bahan tanam, persiapan lahan, penanaman pohon penaung, dan teknik pemangkasan tanaman kopi.

PEMILIHAN BAHAN TANAM
Mutu bahan tanam sangat besar pengaruhnya terhadap dayahasil suatu tanaman, termasuk kopi yang merupakan tanaman tahunan. Faktor-faktor pendukung seperti tanah, iklim dan pemeliharaan yang baik belum menjamina akan memberikan hasil yang memuaskan apabila bahan tanam yang digunakan bukan jenis unggul yang memiliki daya hasil tinggi dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.

Seleksi Varietas dan Fasilitas Nursery
Bahan tanam dimaksudkan adalah bahan genetik tertentu dari suatu jenis tanaman yang digunakan sebagai sumber bahan tanaman. Dalam pemiliohan bahan tanam sangat penting diperhatikan kondisi agroklimat yang ada. Karena setiap varietas / klon menghendaki lingkungan yang spesifik yang bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Bibit unggul tidak akan memberikan hasil yang memuaskan bila ditanam di daerah yang tidak sesuai bagi bibit unggul tersebut. Biasanya petani menggunakan benih kpi dari tanaman yang nampak leb ih superior disbanding tanaman kopi lain di sekitarnya. Dari cara pemilihan yang sederhana ini biasanya akan diperoleh bahan tanam unggul apabila sifat baik tanaman tersebut terus diwariskan. Namun apabila sifat baik tersebut muncul karena pengaruh lingkungan setempat maka apabila ditanam di aerah lain belum tentu menghasilkan bibit unggul sesuai yang diharapkan. Karena itu sebaiknya menggunakan bahan tanam yang sudah dianjurkan dan merupakan rekomendasi dan yang sudah dilengkapi dengan persyaratan lingkungan yang dikehendaki sehingga sifat unggulnya dapat diandalkan.

Beberapa kultivar kopi Arabika yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao beserta persyaratan lingkungan yang diperlukan seperti berikut ini :


1. Tinggi tempat > 700 m dpl S 795, Kartika 1, Kartika 2
2. Tinggi tempat > 1000 m dpl Tanah subur S 795, Kartika 1, Kartika 2, USDA 762, Tanah kurang subur S 795, Kartika 1, Kartika 2
3. Tinggi tempat > 1250 m dpl Tanah subur AB 3, S 795, Kartika 1, Kartika 2, USDA, Tanah kurang subur S 795, Kartika 1, Kartika 2


Persiapan Lahan
Kegagalan penanaman kopi dapat disebabkan banyak faktor. Selain karena bibit yang kurang baik, persiapan lahan yang kurang memenuhi syarat sering menjadi faktor utama kegagalan tersebut. Kegiatan persiapan lahan untuk penanaman kopi Arabika pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan persiapan lahan untuk kopi Robusta.

Pembuatan Lubang Tanam, salah satu faktor penting Persiapan Lahan
Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lapangan dapat cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan lingkungan lapangan yang sangat beragam terutama lingkungan yang kurang menguntungkan. Areal pertanaman dapat berasal dari tanah bukaan baru (hutan cadangan), tanah terlantar, tanah tegalan, areal peremajaan, konversi maupun rotasi dari komoditi lain. Selama persiapan lahan di lapangan ini, areal masih bisa dimanfaatkan untuk penanaman tanaman sela yang berumur pendek seperti jagung, kacang tanah dan lainnya. Kegiatan pokok persiapan lahan meliputi :
· Pembukaan lahan
· Pembuatan teras
· Penanaman Pohon penanung
· Pembuatan lubang tanam

Pembukaan lahan

Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan baru dan lainnya sama. Pepohonan dan semak-semak didongkel dan tunggak-tunggak atau tunggul beserta akar-akarnya dikeluarkan.

Pekerjaan pembuagan tunggul dan akar memerlukan waktu dan pekerjaan yang berat, karena umunya tunggul kayu dari hutan cadangan berada di kedalaman tanah yang cukup menyulitkan untuk membongkarnya. Dalam hal ini masih dalam diskusi untuk penggunaan alat berat karena alat berat dalam pelaksanaan kerjanya mempberikan pengaruh terhdap humus tanah yang terkikis atau pemadatan tanah.
Pembukaan areal dari hutan cadangan, akan mengamai kesulitan dalam sanitasi baik itu sisa dari tajuk tanaman maupun pembunagan kayu-kayu bekas tebangan. Pemerintah dalam hal ini melarang pembukaan lahan dengan pembakaran, tetapi di lain pihak, persiapan lahan areal tanaman kopi yang memerlukan lahan yang bersih tidak memungkinkan untuk tidak membakar sisa-sisa pembukaan hutan. Sebagai gambaran, tajuk pohon di hutan cadangan, apabila dilakukan penebangan berapa massa tajuk yang akan diturunkan di atas tanah.

Pembukaan lahan yang benar menghasilkan tanaman yang baik
Berdasarkan pengalaman membuka hutan, paling tidak tajuk yang diturunkan dari hutan cadangan bisa mencapai tumpukan sampai 10 meter dari tanah dasar. Berbeda dengan tanaman tahunan lain seperti Kelapa sawit, pembukaan lahan bisa dilakukan dengan jalur, karena jarak tanam Kelapa sawit yang cukup lebar, minimal 8 meter, sedangkan tanaman kopi memerlukan jarak tanam yang rapat sehingga harus bersih dari sisa-sisa pembukaan hutan. Kalaupun disimpan untuk bahan organic, diperlukan waktu yang cukup lama.

Kondisi pembukaan yang berasal dari perdu, gulma utama yang harus diberantas bersih adalah alang-alang dan mekania. Sisa-sisa tanaman yang tidak terangkut karena jumlahnya tidak sebesar pembukaan hutan cadangan dapat dikumpulkan dan disingkirkan dari tengah lahan. Pembakaran sebisa mungkin dihindari, tetapi untuk kayu-kayu yang keras dari perdu dapat dilakukan pembakaran karena sulit lapuk meskipun akan mengurangi bahan organic yang ada. Tindakan sanitasi dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya dan menghindarkan sumber infeksi penyakit akar atau nematoda.

Konservasi tanah dan Pembuatan teras

Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan system tanam 9tata tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi. Penanaman kopi pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng, tetapi dilakukan menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mengurangi dan menahan aliran permukaan (run off) dibandingkan dengan system tanam searah lereng.

Disamping itu upaya mengurangi aliran permukaan dan erosi dapat pula dilakukan dengan mempergunakan jarak tanam yang lebih rapat. Peningkatan kerapatan tanaman berarti meningkatkan penutupan tajuk terhadap permukaan tanah serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi karena makin rapatnya tanaman/pokok dan makin besarnya volume akar.

Konservasi tanah yang baik, perkebunan kopi tetap terpelihara
Pada tanah-tanah yang memiliki kemiringan baik yang memanjang maupun yang terputus putus sebaiknya diperlukan pembuatan teras supaya tidak terjadi erosi dan pengikisan lapisan top soil. Teras berfungsi mengurangi panjang lereng, sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanaman menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian ternyata erosi pada kebun kopi Arabika yang mempunyai teras bangku hanya 43% dibandingkan dengan erosi pada kebun kopi yang tidak berteras lateral (control). Erosi tersebut masih dapat dikurangi dengan menanam penguat teras, seperti Moghania atau rumput wangi di bibir teras.


Pembuatan terasiring umumnya ada 2 jenis yaitu teras bangku (teras individu) dan teras datar. Jenis teras yang dipilih, harus disesuaikan dengan kemiringan tanah seperti berikut di

Pembuatan teras menurut kemiringan

Kemiringan Tanah (%)
Lebar teras (m)
Jenis teras

1. 0 - 8 %, Tanpa teras

2. 8 - 20 %, Teras bangku/Individu

3. 20 - 30%, Teras bangku/individu

4. > 30 % Teras bangku/individu

Pembuatan teras juga dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pelaksanaan panen. Hal ini yang sering dilupakan oleh petani maupun perkebunan. Teras-teras tersebut akan sangat penting dalam pelaksanaan pemeliharaan baik itu pekerjaan pemangkasan, pemupukan pengedalian hama dan penyakit maupun pekerjaan panen. Karena kalau tidak ada teras, lahan dengan kemiringan yang cukup tinggi akan menyulitkan dalam distribusi berbagai saprodi baik itu bibit, pupuk, hasil panen dari tenaga panen maupun dalam pelaksanan pengedalian hama dan penyakit yang memerlukan tindakan penyemprotan dan lain-lain pekerjaan. Tanpa teras, tenaga kerja akan kesulitan menapakkan kakinya di tanah dan akan sangat membahayakan tenaga kerja.

Teras bangku bentuknya ,memanjang dan biasa di sebut sabuk gunung karena biasanya mengikuti kontur ketinggian dari areal yang akan dibuat teras. Teras bangku bisanya dibuat karena posisi lahan cukup miring dan menyulitkan tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan maupun panen. Teras bangku dibuat denga jalan memotong lereng gunung dan kemudian meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga

Teras bangku sangat efektif pada tanah yang mempunyai kemiringan lereng > 20%, namun demikian teras bangku hanya sesuai untuk tanah yang mempunyai solum dalam, karena pembuatan teras bangku menyebabkan terbukanya tanah lapisan bawah yang lebih rendah tingkat kesuburannya dibandingkan lapisan atasnya. Luas areal yang dapat ditanami dengan pembuatan teras bangku akan berkurang dengan bertambah curamnya lereng. Pada lereng 30% luas areal yang dapat ditanami berkurang 36%. Ditinjau dari besarnya biaya yang dibutuhkan, maka pembuatan teras bangku relative lebih mahal dibandingkan teras individu. Tetapi dalam mempemudah pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan panen, teras bangku akan lebih memudahkan pekerjaan dibandingkan dengan teras individu.

Petunjuk pembuatan teras bangku

Teras individu dibuat hanya pada titik tanaman kopi, dan bentuknya tidak memanjang. Teras individu biasanya dibuat pada daerah-daerah dimana tenaga masih dapat melaksanakan aktiftasnya dengan baik dengan kemiringan lahan yang ada.

Pembuatan teras individu

Penanaman pohon Penaung
Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon penaung. Di alam teknis budidaya kopi, dikenal 2 jenis tanaman penaung yaitu tanaman naungan sementara dan pohon penaung tetap.

Tanaman penaung sementara diperlukan apabila pohon penaung tetap belum berfungsi sempurna karena masih kecil atau intensitas penaungnya kurang. Penanaman keddua jenis pohon penaung tersebut sebaiknya sudah dilakukan 1 tahun sebelum penanaman kopi. Setelah pohon penaung tetap berfungsi dengan baik, secara berangsur-angsur naungan sementara dihilangkan.

Jarak tanam pohon penaung atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya disesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di mana kopi akan ditanam. Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di suatu daerah, semakin tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari jarak tanaman penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar dan sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari tinggi jarak tanaman naungan semakin rapat.

Pohon penaung tetap basanya untuk daerah dengan iklim tegas ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m sedangkan naungan sementara ditanam dalam barisan pohon penaung tetap membujur arah utara selatan atau ditanam pada bagia luar teras apabila ada teras.

0 Response to "BEBERAPA ASPEK TEKNIK BUDIDAYA KOPI ARABIKA DAN TEKNOLOGI ALTERNATIF KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA DENGAN PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel